Orangtua Beberkan Praktik Bullying di SMA 1 Semarang

Para siswa SMAN 1 Semarang berdemonstrasi dan menggelar doa bersama untuk dua rekan mereka yang dikeluarkan dari sekolah itu pada Jumat, 2 Maret 2018.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Sejumlah fakta baru terungkap, setelah kasus dua siswa SMA Negeri 1 Semarang dikeluarkan dari sekolahnya. Otoritas sekolah, bahkan membongkar praktik perilaku bullying dan kekerasan yang terjadi di kalangan siswanya.

Praktik bullying itu terungkap, saat sejumlah orangtua siswa korban bullying dihadirkan ke sekolah. Berdasarkan pengakuan orangtua, praktik bullying antara senior dan junior berkaitan dengan meninggalnya seorang siswa bernama Bintang di kolam Jatidiri Semarang pada 7 Januari 2018.

Utari, ibu almarhum Bintang, mengaku curiga atas kematian anaknya di kolam renang Jatidiri pada awal tahun itu. Dia merasa janggal mengetahui Bintang yang berani melompat indah setinggi enam meter.

"Padahal, selama ini dia takut ketinggian. Makanya, saya merasa curiga ada paksaan," kata Utari dalam pertemuan dengan sejumlah orangtua dengan para guru pada Jumat 2 Maret 2018.

Kecurigaan itu semakin kuat, saat Utari menemukan bukti video bullying dan kekerasan yang terjadi pada Bintang. Ia juga mendapat informasi bahwa Bintang sering mendapat tugas dari para seniornya.

"Saya iseng buka handphone anak saya, di situlah saya melihat rekaman video dan percakapan Line. Malam Minggu anak saya disuruh ngamen, disuruh make BH di ruang ganti, disuruh ngesot di mal dan keliling pakai rok. Itu disuruh seniornya," ujarnya.

FOTO: Para siswa SMAN 1 Semarang berdemonstrasi dan menggelar doa bersama untuk dua rekan mereka yang dikeluarkan dari sekolah itu pada Jumat, 2 Maret 2018. (VIVA/Dwi Royanto)

Senada Utari, Dwi juga membeberkan dugaan praktik bullying di sekolah anaknya. Ia menyebut, anaknya yang mengikuti OSIS sering pulang malam dan cenderung pendiam, kadang tampak gelisah.

Para orangtua yang anaknya diduga menjadi korban bullying sepakat mengadu kepada sekolah. Akhirnya, pihak sekolah mengambil langkah razia ponsel dan menemukan video kekerasan.

Meski mendapatkan cerita tentang dugaan bullying siswa di sekolahnya, Kepala Sekolah SMAN 1 Semarang, Endang Suyatmi menegaskan bahwa kematian Bintang tidak berhubungan dengan pemberhentian dua pengurus OSIS, Anindya Puspita Helga dan Mochammad Afif Ashor.

Otoritas sekolah menolak, saat diminta memutar video kekerasan yang dijadikan dasar utama pemberhentian Anin dan Afif. Sekolah beralasan, pemutaran video yang berkaitan dengan kekerasan sesuai undang-undang harus dilakukan pihak aparat penegak hukum.

Zaenal Abidin, ketua Lembaga Bantuan Hukum Petir selaku pendamping orangtua korban bullying, meminta SMAN 1 Semarang terbuka dugaan budaya bullying di sekolah itu. Menurutnya, sikap tertutup sekolah justru tidak membuat masalah yang sedang bergulir menjadi terang.

"Supaya media juga mendapat keterangan dari sekolah, meskipun irit informasinya," kata Zaenal.