Beda Kasus 'Ninja' 1998 dengan Teror Ulama Saat Ini

Wakil Ketua Umum DMI Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin.
Sumber :

VIVA – Adanya rentetan teror oleh orang yang dianggap gila terhadap pemuka agama dan tempat ibadah beberapa bulan terakhir oleh beberapa kalangan dibanding-bandingkan dengan peristiwa teror 'ninja' yang terjadi pada 1998 silam. Namun Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin menilai dua hal tersebut sangat berbeda.

Peristiwa teror 'ninja' 1998 juga dikenal dengan peristiwa pembantaian dukun santet di Kabupaten Banyuwangi pada Februari sampai September 1998. Kala itu, lebih dari seratus orang jadi korban. Namun bukannya dukun santet, justru banyak yang jadi korban adalah guru mengaji dan tokoh lokal. 

Di tengah-tengah itu juga bermunculan kabar penangkapan orang asing di sejumlah desa yang belakangan teridentifikasi gila. "Saya tidak ingin mengatakan polanya sama karena yang terjadi sekarang adalah hoax," kata Komjen Syafruddin di Markas Polda Jatim, Surabaya, Jatim pada Rabu, 21 Februari 2018. 

Syafruddin mengatakan, peristiwa teror orang gila di sejumlah daerah belakangan ini jauh berbeda dengan peristiwa 'ninja' tahun 1998. Hal itu bisa dilihat dari pola dan peristiwanya. "Beda dengan (peristiwa) 98, kejadiannya ada dan masif. Sekarang ini kejadiannya hanya beberapa tapi hoax yang banyak," ujar dia.

Atas alasan itu, aparat Kepolisian berupaya memotong sebaran isu palsu atau hoax yang bisa meresahkan publik. "Pelaku sudah diamankan, dia yang mendesain informasi (hoax). Masih kami dalami terus," ujar Syafruddin. 

Beberapa peristiwa teror menyasar daerah di Jatim sepekan terakhir. Di Tuban, sebuah masjid dirusak orang luar kampung setempat dan salah satu pelaku diidentifikasi mengalami gangguan jiwa. Setelah itu di Lamongan, orang teridentifikasi gila dikabarkan penyerang tokoh agama, KH Hakam Mubarok. 

Terbaru, satu orang lelaki tidak dikenal diamankan setelah masuk ke lingkungan Pesantren Al Falah Ploso, Kota Kediri karena dicurigai akan melakukan penyerangan terhadap anggota keluarga pesantren. "Secara tegas saya ingin sampaikan, tidak ada penyerangan," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera sebelumnya.