Jejak Penghormatan Umat Tionghoa di Altar Gus Dur

Altar Gus Dur di Gedung Rasa Dharma Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Tionghoa di Kota Semarang, Jawa Tengah, sibuk mempersiapkan perayaan Tahun Baru Imlek 2569. Salah satunya tampak di gedung Rasa Dharma Jalan Wotgandul Semarang.

Di gedung yang dikelola pengurus Lansia Dharma Senja itu ramai dengan kegiatan bersih-bersih altar untuk Imlek pada 16 Februari 2018. Pada aula utama, terdapat sejumlah sinchi yang berisi nama-nama leluhur warga Tionghoa yang telah meninggal.

Paling unik terdapat sinchi yang bertuliskan nama KH Abdurahman Wahid, atau Gus Dur. Sinchi adalah sebuah altar khas Tionghoa untuk memudahkan melacak silsilah leluhur. Di gedung itu sinchi Gus Dur bertuliskan huruf China dan bersanding dengan sinchi lain.

Sinchi Gus Dur dibuat sebagai bentuk penghormatan atas jasa Presiden ketiga Indonesia tersebut bagi warga etnis Thionghoa.

"Altar khusus ini menghormati arwah Gus Dur. Setiap tanggal 1 dan 15 pada penanggalan China pasti banyak yang sembahyang di sini. Gus Dur lah satu-satunya tokoh Muslim yang punya sinchi di Gedung Rasa Dharma," kata Ketua Lansia Dharma Senja, Ong Ek Hok, pada Kamis 15 Februari 2018.

 

 

Sinchi Gus Dur, kata Ong, sudah ada di Gedung Rasa Dharma sejak lima tahun silam. Penempatan Sinchi Gus Dur sudah disetujui keluarganya sebagai bentuk penghormatan tertinggi untuk Bapak Thionghoa Indonesia.

Ong menyebut, mendiang Gus Dur mempunyai marga Tan. Fakta itu diperkuat saat semasa hidupnya Gus Dur pernah mencari silsilah leluhurnya sampai ke China.

Keberadaan Sinchi Gus Dur pula, lanjut dia, akan selalu mengingatkan kiprahnya dalam menghidupkan kembali tradisi kebudayaan khas Tionghoa yang sempat dilarang pada era Orde Baru. Gus Dur juga aktif membela hak-hak warga peranakan Thionghoa yang kerap diperlakukan tak adil oleh pemerintah.

"Gus Dur bisa mengembalikan hak-hak orang Tionghoa dibandingkan zaman Presiden Soeharto; kita banyak ditindas," katanya.

Selain itu, menurutnya, jasa besar Gus Dur juga terlihat dari adanya Hari Raya Imlek yang masuk dalam agenda libur nasional. Padahal, sebelumnya Imlek hanya dirayakan secara tertutup di tiap rumah karena banyak diskriminasi tehadap warga Tionghoa.

Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2002 sejak 2003. Selain Indonesia, Imlek juga jadi hari libur nasional di Brunei, Filipina, Korea, Malaysia, Mauritius, Singapura, Tiongkok, Thailand, dan Vietnam.

Di kawasan Pecinan Semarang, Imlek tahun ini digelar dengan berbagai perayaan. Sebut saja gelaran di Klenteng Tay Kak Sie, klenteng tertua di Semarang. Di sana akan ada pembagian 1.250 angpao, serta bingkisan kepada masyarakat kurang mampu.

Perayaan Imlek di Semarang, digelar di dua tempat lain, yaitu di kawasan Wotgandul Timur dan di kawasan Sam Poo Kong. Sejumlah kegiatan dihelat, antara lain, Pasar Imlek Semawis, yang rangkainnya ada Festval Loenpia, pengobatan gratis, dan tradisi jamuan makan khas Imlek bernama Tuk Panjang.