Pelaku Penyerangan Gereja St Lidwina Pernah Tinggal di Palu
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA – Suliyono (23), pelaku penyerangan Gereja Katolik St Lidwina, Dusun Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, masih menjalani perawatan di RS Bhayangkara, Yogyakarta.
Pelaku berhasil dilumpuhkan polisi setelah melakukan penyerangan secara brutal kepada pastur dan jemaat gereja yang tengah mengikuti Misa pada Minggu pagi, 11 Februari 2018.
Akibat serangan itu, Pastur Prier yang sedang memimpin misa dan beberapa jemaat lainnya mengalami luka bacok di bagian tubuh mereka dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dofiri memastikan kondisi pelaku saat ini masih labil, dan belum bisa dikorek lebih jauh terkait motif penyerangan. Sejauh ini, beberapa informasi terkait pelaku diperoleh dari penuturan beberapa orang saksi mata.
"Ada 9 orang yang kita mintai keterangan. Ada CCTV bahwa pelaku pernah ada di musola dan masjid dekat lokasi gereja, berbincang dengan ibu-ibu, mengaku hanya mampir dan numpang tidur untuk melakukan perjalanan ke Banyuwangi. Itu semalam sebelum penyerangan," kata Dofiri kepada tvOne, Minggu malam, 11 Februari 2018.
Dofiri menambahkan, pelaku yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, berada di wilayah Yogyakarta sekitar lima hari lalu. Sebelumnya, pelku tinggal di rumah kakaknya di Magelang, Jawa Tengah. Kapolda membantah pelaku berkuliah di Yogyakarta, namun dari hasil penelusuran, pelaku pernah kuliah di Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. "Jadi, ke Yogya hanya mampir saja," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kandangan, Banyuwangi, Mubarok, mengenal pelaku sebagai pribadi yang baik, bahkan dikenal pernah nyantri di sebuah pesantren di Banyuwangi. "Tidak menunjukan tanda yang kami duga selama ini," kata Mubarok di tvOne, Minggu malam.
Namun, menurut Mubarok, perilaku Suliyono mulai berubah setelah pindah sekolah ke Palu, Sulawesi Tengah. Pelaku lanjutnya, melanjutkan sekolah SLTA dan kuliah di Palu. Tahun 2013, Mubarok mengaku pernah bertemu Suliyono di Palu.
"Sudah menunjukan cara berpakaiannya sudah tidak seperti kita zaman dulu. Waktu di Palu juga ngajak debat tentang kebenaran akidah,'Kalau salah akan saya luruskan' kata dia begitu," ujarnya.
Pada Maret 2017 lalu, Mubarok mengatakan Suliyono pernah datang bersilaturahmi ke rumahnya. Saat itu, Suliyono sempat mengajaknya berdebat dan menyatakan paham Mubarok sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU) salah. "Ibunya (pelaku) juga ngeluh, anak saya kok teroris ya, ya khawatir," imbuhnya.