Ambruk, Selasar Gedung BEI Dinilai Tak Sesuai Peruntukan

Pekerja mengamati kerusakan yang terjadi akibat ambruknya selasar Tower 2 BEI.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Elo

VIVA – Sejumlah analisa menyebutkan unsur kelalaian dalam peristiwa ambruknya selasar Tower 2 Gedung Bursa Efek Indonesia pada Senin siang kemarin. Kendati demikian, pihak berwenang masih menyelidiki penyebab ambruknya selasar Tower 2 Gedung Bursa Efek Indonesia pada Senin siang kemarin.

Akibat insiden itu puluhan orang mengalami luka-luka, baik ringan hingga berat. Sebagian sudah ada yang dipulangkan dari rumah sakit, sebagian lain masih harus menjalani perawatan intensif.

Rektor Universitas Bakrie yang juga ahli struktur lulusan University of Wisconsin-Madison, Prof Sofia Alisjahbana melihat tipe keruntuhan yang mendadak seperti di Gedung BEI, bisa jadi disebabkan karena terjadinya resonansi.

Resonansi adalah kondisi dimana frekuensi beban yang berada di atas selasar sama dengan frekuensi alami struktur. "Peristiwa ini mirip dengan runtuhnya lantai selasar di Hotel Hyatt Regency di Kansas City," kata Sofia dalam keterangan persnya, Selasa, 16 Januari 2018.

Selasar Hotel Hyatt Regency di Kansas City, Missouri, Amerika Serikat roboh pada 17 Juli 1981 silam. Dalam peristiwa itu, dua selasar Hotel Hyatt Regency yang terletak sejajar di atas lobi runtuh menimpa pesta dansa di lobi hotel. 114 orang dilaporkan tewas dan 126 orang luka-luka.

Menurut Sofia, pembangunan struktur tambahan seperti selasar harus dirancang secara tepat berdasarkan fungsi penambahan selasar tersebut. Sebab, lazimnya struktur tambahan bukan diperuntukan untuk lalu lalang orang.

"Apakah hanya untuk lalu lintas orang, atau ada fungsi yang lain? Berapa kapasitas maksimum orang yang melalui selasar itu pada saat peak? Lalu bagaimana juga perilaku orang orang yang berjalan di atas selasar itu? Apakah langkah-langkah seperti berbaris atau berlari-lari kecil? Semuanya itu akan mempengaruhi sifat beban dinamik pada selasar itu," paparnya.

Jika diperuntukan untuk memikul beban orang yang berlaku lalang dengan perilaku berjalan atau berbaris, maka kata Sofia, struktur tambahan itu harus dihitung dengan menambahkan safety factor akibat beban dinamik.

Tak hanya itu, sambungan yang digunakan untuk selasar tersebut juga harus dihitung dengan benar sesuai dengan beban yang telah didesain.

"Dari informasi yang saya peroleh, struktur tambahan yang runtuh tersebut, sambungannya menggunakan chemical concrete. Sehingga menurut saya mungkin saat ini sudah lapuk," ujar Sofia.

Untuk menghindari peristiwa serupa terjadi lagi, Sofia mengingatkan perhitungan yang tepat harus dilakukan. Meski fungsi selasar biasanya digunakan untuk tempat orang lalu lalang, namun harus direncanakan dan didesain dengan memperhitungkan masalah resonansi akibat beban dinamik.

Insiden ambruknya selasar di lantai Mezzanine gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Tower 2 di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, yang terjadi Senin siang, 15 Januari 2018, telah memakan korban luka-luka sebanyak 77 orang. Rata-rata mereka adalah mahasiswa, yang saat kejadian tengah mengunjungi BEI.

Pengelola gedung BEI, Farida Riyadi menyatakan, pihaknya akan bertanggung jawab atas insiden ambruknya balkon gedung yang berada di lantai Mezzanine tersebut.

Dari data yang dihimpun VIVA di lapangan, seluruh korban ambruknya balkon tersebut mendapatkan perawatan di lima rumah sakit terpisah, yaitu di RS Mintohardjo 17 korban, RS Jakarta 20 korban, RS Siloam Semanggi 32 orang, RS Pertamina Pusat (RSPP) 7 orang, dan RSUD Tarakan 1 orang.

Simak nama-nama korban insiden ambruknya selsar Tower 2 BEI di tautan ini.