Sandi Bantah Rombongan Anies Terobos Satu Arah di Puncak

Gubernur Anies Baswedan (kanan) dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Rombongan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan disebut polisi menerobos jalur one way usai meninggalkan acara Tea Walk di Gunung Mas, Bogor, Sabtu 21 Oktober 2017 kemarin.

Anies yang ditemui usai acara haul ke-50 KH Muhammad Mansyur dan 300 tahun berdirinya Masjid Jami Al Mansur yang berada di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat enggan berkomentar. Menurutnya, hal tersebut sudah dijelaskan tim komunikasinya. "Sudah dijelaskan," kata Anies singkat.

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI  Sandiaga Uno membantah kabar mengenai rombongan Anies Baswedan dan Pemprov DKI menerobos jalan satu arah (one way) kawasan Puncak.

"100 persen tidak benar. Sudah diberikan klarifikasi dan ini adalah dunia post-truth dan post-fact di mana hoax dan fake news mendominasi. Tidak ada satu mobil pun dari rombongannya Pak Anies yang ditilang," kata Sandiaga saat ditemui di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Sandi menambahkan, dirinya sudah meminta klarifikasi dan penjelasan dari Anies. Dari hasil penjelasan tersebut menyatakan bahwa Anies Baswedan hanya diarahkan ke jalur alternatif. "Pak Anies diarahkan. Tadi saya langsung klarifikasi sama Pak Anies. Diarahkan menggunakan jalur alternatif. Saya sendiri terjebak macet," katanya.

Mengenai acara Tea Walk yang diadakan Pemprov DKI Jakarta, ia pun menyebut hal tersebut merupakan acara rutin tiap tahun. Bahkan, dari laporan Sekda DKI Jakarta, acara tersebut bisa menghidupkan perekonomian di Puncak, Jawa Barat.

"Tapi ini waktu saya tanyakan Pak Sekda, memang Pak Sekda bilang bahwa tiap tahun, delapan hingga sepuluh ribu aparat Pemprov DKI menghidupkan ekonomi di Puncak, tempat penginapannya penuh, makanannya juga laku, biasanya bayar WC cuma Rp 5.000, kemarin bisa Rp 15.000. Jadi ini yang semuanya naik," ujarnya.

Akan tetapi, ia mengakui memang dampak dari acara tersebut menimbulkan kemacetan. Untuk itu, ia akan memikirkan solusi ke depan agar acara tersebut tidak menimbulkan kemacetan.

"Tapi dampaknya itu adalah macet. Mesti dipikirkan pengaturannya ke depan mungkin harus ada shuttle bus, harus ada cara untuk memobilisasi aparat Pemprov supaya kendaraan pribadinya tidak memenuhi tempat acara, tapi justru malah memberikan berkah tanpa membuat macet," ujarnya. (mus)