Siswa MTs di ‘Smart City’ Depok Bertahan Belajar Lesehan

Para siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Depok, Jawa Barat, belajar beralaskan lantai alias lesehan karena tak ada bangku dan meja untuk mereka di ruang-ruang kelasnya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA.co.id - Sejumlah siswa di sebuah madrasah tsanawiyah (MTs) negeri Kota Depok, Jawa Barat, belajar beralaskan lantai. Tidak ada bangku dan meja untuk mereka di ruang-ruang kelasnya.

Pemandangan itu ditemukan di satu-satunya MTs Negeri di kota berjuluk Smart City itu, yakni Kampung Sawah, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Cilodong.

Selain tanpa bangku dan meja, ruang kelas tempat para siswa belajar itu dianggap kurang nyaman karena terlalu sempit. Para siswa duduk lesehan di sisi belakang kelas hingga hampir mencapai bagian tengah karena jumlahnya belasan-puluhan siswa per kelas. Sementara sang guru berdiri di depan dekat papan tulis.

Menurut Basri, seorang guru yang ditemui di sekolah itu, kondisi kelas tanpa bangku dan meja sudah sejak setahun terakhir. Sekolah sudah berupaya meminta bantuan tetapi belum maksimal untuk merenovasi ruang kelas dan mengadakan bangku.

“Karena siswanya cukup banyak sedangkan ruangan tidak memadai, kami sekat dengan papan. Ada sekitar empat kelas yang belum dilengkapi dengan bangku dan meja belajar,” katanya pada Selasa, 15 Agustus 2017.       

Basri hanya bisa berharap pemerintah setempat dapat segera mencarikan solusi atas masalah itu. Sekurang-kurangnya, dia berharap, ruang kelas ditambah dan dilengkapi fasilitas penunjang utama. “Karena animo masyarakat cukup tinggi,” ujar pria yang telah mengajar sejak tahun 1993 itu.

Kondisi itu memang dikeluhkan sejumlah siswa. Mereka mengaku tidak nyaman lantaran harus berjam-jam belajar di lantai. “Kurang nyaman, kalau belajar kayak gini, sempit. Semoga pemerintah bisa membantu membawakan meja dan bangku ke sekolah kami,” kata Wahyudi, seorang siswa.

Hal senada diungkapkan Geitsa, siswi di madrasah itu. Dia tetap riang dan bersemangat namun jelas tak nyaman belajar tanpa bangku dan kursi, ditambah ruang kelas sempit. “Capai kalau belajar harus nunduk,” ujarnya.