Proyek Normalisasi Sungai Ciliwung Masih 42 Persen
- VIVA.co.id/M. Ali. Wafa
VIVA.co.id – Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, terus mengejar proyek normalisasi di sepanjang Sungai Ciliwung, untuk mengandalikan banjir di Jakarta.
Dalam acara susur Sungai Ciliwung di acara Hari Air Sedunia yang diadakan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono berencana membangun turap sepanjang 700 meter di aliran sungai pada April 2017 mendatang.
Rencana itu, sekaligus juga ingin menunjukkan jika aliran Sungai Ciliwung ke depan dapat dimanfaatkan sebagai transportasi air. "Kalau normalisasi selesai dan penghijauan di sisi kali sudah baik, bukan mustahil bisa dimanfaatkan sebagai sarana transportasi," kata Sumarsono di Pintu Air Manggarai, Jakarta, Kamis 30 Maret 2017.
Pria yang akrab disapa Soni ini mengatakan, kemajuan proyek tersebut masih berjalan 42 persen. Menurutnya, sejumlah wilayah akan menjadi prioritas untuk dinormalisasi, mengingat pekerjaan tersebut harus rampung sebelum 2019.
Hal itu pula lah, kata Sumarsono, sembari memastikan relokasi terhadap warga untuk mau dipindahkan ke rumah susun dari tempat tinggalnya yang berdiri di bantaran sungai.
"Jadi, masyarakat telah setuju, bahwa normalisasi Sungai Ciliwung ini adalah kebutuhan kita bersama warga Jakarta," ujarnya.
Berikutnya, tak ganggu lingkungan>>>
***
Tak ganggu lingkungan
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BBWSCC Teuku Iskandar mengatakan, akan membangun dinding penahan tanah, atau sheet pile di sejumlah wilayah aliran Sungai Ciliwung, tepatnya yang berada di Jakarta Selatan.
Perbaikan itu, kata dia, berada di wilayah Kalibata dan Pancoran yang mengalami kemiringan akibat tanah longsor.
"Rencananya mau kita luruskan dengan menarik sheet pile menggunakan kabel baja dan selang. Kemudian selang dimasukan ke dalam sheet pile untuk dibuat angkor, lalu ditarik dengan alat berat," kata Iskandar.
Dia melanjutkan, akibat kemiringan itu, tak menganggu proses pengerjaan normalisasi ke depannya. Di sisi lain, normalisasi ini juga tidak akan menghilangkan daerah-daerah alami yang telah menjadi habitat beberapa hewan. Daerah tersebut berada di Condet, Jakarta Timur, yang terdapat batu-batu cadas tempat tinggal biawak.
"Batu cadas tidak kita ganggu sampai kapan pun. Yang bentang alam masih baik, enggak kita ganggu. Tadi, saya tunjukan ke Pak Plt (Sumarsono) banyak biawak yang selama ini langka. Sekarang sudah kembali. Itu salah satu bentuk alam sudah memberikan tempat yang baik," kata dia. "Setidaknya 30 persen tidak akan sentuh dengan betonisasi terhadap bantaran sungainya." (asp)