Datangi Rusunawa Jatinegara, Agus Dicurhati soal Penggusuran

Agus Harimurti Yudhoyono
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Yasin Fadillah

VIVA.co.id – Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono, mengunjungi pemukiman warga di rusun Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Minggu, 8 Januari 2017. Kegiatan Agus kali ini merupakan kunjungan kampanye ke-5 setelah berkeliling Jakarta.

Setibanya di lokasi, warga yang ikut senang atas kedatangan Agus, langsung memanfaatkan untuk menyampaikan harapannya, jika nanti putra Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono itu terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta.

Salah satunya Ishaq, sesepuh korban penggusuran Kampung Pulo. Ia menceritakan secara detail tentang proses terjadinya penggusuran yang selama ini menjadi momok menakutkan bagi warga tak mampu.

"Dahulu itu bulan April 2013, saat itu pak Jokowi masih jadi gubernur, mereka menyampaikan bahwa Kampung Pulo akan digusur karena terkena proyek normalisasi. Dibentuklah perjanjian sosialisasi dilakukan dua kali, kami rundingan dan tidak protes banyak," katanya di atas mimbar di depan rusun, Minggu, 8 Januari 2017.

Tidak dilakukannya protes, kata Ishaq dikarenakan gubernur saat itu menjanjikan akan memberikan ganti rugi akibat penggusuran yang akan dilakukan. "Waktu itu ada rapat tingkat kecamatan, isinya kita akan mendapatkan ganti rugi. Akhirnya, kami diam saja dan mulai menerima. Tapi kesepakatan tetap kami pegang," ujarnya.

Namun, Ishaq menuturkan, seiring dengan berjalannya waktu, janji-janji yang telah diutarakan itu ternyata tidak ada hasilnya. Warga tidak sama sekali mendapatkan ganti rugi sepeserpun dari apa yang telah disepakati.

"Kenyataannya yang dilakukan hanya melakukan pengukuran bidang tanah dan rumah, musyawarah harga nilai ganti rugi tidak diadakan sampai akhirnya tiba sosialisasi pertama pada bulan September 2014," tuturnya.

Saat itu, surat pemberitahuan pertama dilayangkan kepada warga agar segera meninggalkan lokasi rumah yang mereka tinggali. Sebab, akan dilakukan normalisasi sungai agar lebih baik lagi.

"Setelah beberapa lama, dan tidak diganti kita tidak mau pindah. Apa yang kita dapat? Kita langsung dapat surat peringatan 1,2 dan juga 3. SP pertama menjelang puasa 11 Juni 2015, SP kedua 15 Juni serta SP ketiga berselang satu bulan, alasannya Idul Fitri keluar tanggal 20 Mei," ujarnya.

"Setelah satu tahun dibiarkan, kami kira sudah selesai. Tapi, yang ada kami dikagetkan dengan satu surat yang isinya buat kami sedih. Kita seperti teroris pak Agus, diserbu oleh kawanan tentara, tolong kami mas.”

Dalam kesempatannya bertatap muka dengan Agus, Ishaq juga sempat membeberkan nasibnya sekarang. Ia menganggap kehidupan rusun membuatnya sempit rezeki dan susah mencari nafkah.

"Akhirnya setelah digusur dan tidak dapat ganti-rugi, masuk rusun jadi orang miskin. Yang punya rumah jadi tidak punya rumah, di sana punya rumah, di sini kita bayar," katanya.

Mendapatkan curahan tersebut, Agus mengatakan sangat terpanggil untuk menjadi yang terdepan membela warga Jakarta, terutama warga yang terpinggirkan oleh pemimpinnya sendiri.

"Saya mencoba merasakan betul pahitnya, trauma pasti memiliki rumah di bangun dari jerih payah sendiri. Pekerjaan insya Allah halal dan tiba tiba digusur tanpa kompensasi apapun. Ini yang memutuskan saya untuk bergerak dan berjuang," katanya.

Agus pun berjanji akan memperjuangkan warga yang digusur serta memprioritaskannya ke depannya agar lebih terawat dan juga bisa hidup lebih damai lagi.

"Insya Allah karena sejak awal saya ingin membangun korban tergusur. Kenapa karena begitu tergusur kehilangan segalanya, pekerjaan juga, anak-anak juga trauma. Saya tentu akan berjuang memprioritaskan bapak ibu semua," ujarnya.

Agus juga berjanji akan memfasilitasi warga rusun yang banyak mengeluh soal kebutuhan air yang kurang, serta kerusakan akan dibenahi lebih maksimal lagi.

"Saya mendapatkan info, kebutuhan air kurang, lift juga rusak, mudah-mudahan ke depannya terpelihara sehingga benar-benar ramah untuk penghuninya. Apalagi lansia, lift rusak pasti sulit," tuturnya.