Kendala Lambannya Pembangunan MRT
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta mencatat adanya sejumlah kendala terkait proyek pembangunan kereta angkutan massal di ibu kota. Kendala yang dimaksud ini adalah soal pembebasan lahan serta kesiapan sumber daya manusia yang masih terganjal oleh sejumlah aturan.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, mengatakan, dari 134 bidang lahan yang akan dibebaskan, hingga saat ini baru 101 yang mengatakan setuju untuk dijual kepada pemerintah. Sementara itu, 33 sisa bidang lahan lainnya masih dalam tahap konsinyasi, yakni ganti kerugian dari pemerintah yang dititipkan ke pengadilan.
"Hari ini warga telah dipanggil oleh BPN untuk menyelesaikan proses mencocokkan dokumen antara yang dimiliki warga dengan yang resmi dari BPN. Kalau sudah oke besok tinggal pembayarannya," kata Silvia di kantornya, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu 21 Desember 2016.
Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono, menjelaskan, selain pembebasan lahan, ada persoalan lain yang mesti dikebut pekerjaannya oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki mayoritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini.
Kendala ini, kata Agung, adalah soal aturan menyangkut rekrutmen sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan operasional MRT Jakarta.
Menurut dia, ada sejumlah aturan dari pemerintah pusat yakni berupa peraturan menteri dari Kementerian Perhubungan yang harus direvisi. Karena, untuk karyawan yang bekerja pada bidang operasional akan diadakan pelatihan terlebih dahulu, baik itu di dalam negeri ataupun di negara yang sudah menggunakan sistem transportasi ini sejak lama.
"Misalkan permen tentang syarat tenaga pemeriksa, pemeliharaan, atau masinis. Selama ini, permen yang ada itu mengatur untuk kereta yang sudah beroperasi saat ini. Jadi misalnya membutuhkan syarat pengalaman jam mengemudi berapa. Sedangkan (MRT) ini baru," ujarnya.
Saat ini, karyawan yang bekerja pada PT MRT diketahui berjumlah 130 orang. Dan tahun depan, perusahaan berencana merekrut karyawan sebanyak 170 orang dengan harapan pada 2018 ada 500 karyawan yang akan bekerja.
Untuk saat ini, MRT mengklaim telah mengerjakan tahapan konstruksi sekitar 60 persen. Ada dua tahap pekerjaan dalam pengerjaan konstruksi proyek ini. Yakni, pekerjaan proyek bawah tanah disebut lebih cepat dibanding pembangunan struktur jalan layang.
"Selesai konstruksinya ditargetkan pertengahan 2018, sedangkan pengoperasiannya Februari 2019," ujar Agung.