Agus Yudhoyono soal Ucapan Ahok: Kita Terluka

Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id - Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono, turut menanggapi polemik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menyusul pernyataan kontroversial Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang menyebut-nyebut Surat Al Maidah ayat 51 Kitab Suci al-Quran saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu beberapa pekan lalu.

Agus mengkhawatirkan terjadi konflik sosial, bahkan konflik komunal, jika ucapan yang melukai hati masyarakat semacam itu terus terjadi. Apalagi jika mengaitkan ayat suci itu dalam momentum politik Pilkada DKI Jakarta.

“Mengaitkan ajaran agama (agama apa pun) dengan konten politik, terlebih dalam rangkaian pemilihan Gubernur DKI Jakarta dewasa ini, saya nilai tidak tepat, keluar dari etik dan juga berbahaya,” kata Agus melalui keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id pada Minggu, 9 Oktober 2016.

Putra Presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, itu berpendapat, seorang pejabat publik dan pejabat negara, harus sensitif jika bicara tentang agama, apalagi menyangkut kitab suci dan akidah yang diyakini para pemeluknya. Terlebih jika kata-kata itu diucapkan mereka yang berbeda iman dan agama.

Pemimpin, katanya, harus menjadi contoh dalam ucapan dan perilakunya. Toleransi dan kerukunan antarumat beragama amat diperlukan dalam kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk. “Bagaimanapun unsur identitas (SARA) dalam kehidupan sosial, dalam batas-batas tertentu, masih merupakan isu yang rawan, karenanya harus terus dikelola dengan bijak.”

Dia mengimbau seluruh masyarakat tidak terhasut polemik yang sensitif itu, meski berterus terang turut terluka dengan ucapan tersebut. “Saya tahu bahwa kita semua terluka, dan berharap keadilan tegak di negeri ini.”

Agus mendesak aparat penegak hukum menanggapi dan menindaklanjuti secara serius pengaduan sebagian kalangan masyarakat atas dugaan penghinaan kepada Islam itu. Publik akan ikhlas dan menerima jika penegak hukum bertindak adil dan tidak tebang pilih.

“Namun, menurut pandangan saya, persoalan ini bukan menyangkut isu hukum semata, tetapi juga menjadi isu sosial yang tak boleh diabaikan begitu saja,” katanya, mengingatkan.

Pernyataan Ahok yang dinilai sebagian kalangan sebagai penistaan agama terjadi saat ia melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Kala itu, dia mengaku tidak memaksa warga Kepulauan Seribu untuk memilihnya dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Pernyataannya sekaligus mengutip Surat Al Maidah ayat 51.

 

(ren)