Orangtua Ceritakan Ibu Pemutilasi Bayi Depresi karena Suami

Jaelani, ayah pemutilasi bayi di Cengkareng, jakarta Barat.
Sumber :
  • Raudhatul Zannah - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Keluarga Mutmainah, istri anggota provos Polda Metro Jaya yang membunuh dan memutilasi bayinya, tak percaya Iin sapaan Mutmainah sengaja membunuh darah dagingnya. Ayah kandung Iin, Jaelani mengatakan, putrinya itu tega membunuh bayi yang masih berumur satu tahun karena menderita depresi.

Iin disebutkan Jaelani, mengalami depresi akibat perbuatan suaminya, Aipda Denny Siregar, selama ini. "Kalau anak saya dituduh kriminal saya tidak terima. Orang anak saya depresi kok karena suaminya," kata Jaelani kepada VIVA.co.id di rumahnya di kawasan Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Selasa, 4 Oktober 2016.

Beberapa hari sebelum kejadian, kata Jaelani, Iin sempat mengutarakan keluh kesahnya terkait suaminya itu. Iin mengaku sudah tidak tahan lagi dengan kondisi rumah tangganya, terutama perilaku suami yang cenderung keras dan acuh pada keluarga. "'Saya sudah tidak tahan Pak sama Denny, saya sudah tidak tahan'," kata Jaelani menirukan apa yang dikatakan Iin kepadanya.

Apa yang dikatakan Jaelani diamini ibunda Iin, Komala (60 tahun). Menurut Komala, Iin sudah tak ingin lagi berhubungan dengan Denny.

Komala menceritakan, penderitaan yang dialami Iin terlihat dengan perubahan pada fisiknya. Sebelum menikah, tubuh Iin masih cukup segar dan gemuk. Tapi setelah menikah dengan Denny, berat badan Iin turun drastis hingga dia terlihat sangat kurus.

"Iin lebih pendiam seperti orang penuh tekanan. Sebelum nikah Iin itu gemuk, sekarang kurus kering, badannya habis," kata Komala.

Menyadari hal itu, baik Jaelani maupun Komala tahu bahwa anaknya dalam posisi bersalah. Namun, keduanya tidak menerima anak ke delapan dari sembilan bersaudara itu disebut pembunuh.

Seperti diberitakan sebelumnya, Mutmainah membunuh bayinya di dalam rumah kontrakan saat suaminya tengah bertugas di provos Polda Metro Jaya, Minggu malam, 4 Oktober 2016. Diduga, Mutmainah membunuh Arjuna karena kesal, selama dua hari suaminya tak pulang-pulang.