Analisa Ahli Soal Misteri Video Porno Muncul di Papan Iklan
- Papan iklan bergambar video porno.
VIVA.co.id – Misteri munculnya video porno di papan iklan di Jalan Pangeran Antasari, di Kebayoran Baru, dekat kantor Wali Kota Jakarta Selatan Jumat 30 September 2016, belum juga terpecahkan.
Sejauh ini kepolisian telah mengamankan pengusaha pemilik papan iklan digital alias videotron, dan juga memeriksa sejumlah saksi. Tapi, penyebab munculnya video di tengah keramaian kota di siang hari, belum juga diketahui.
Menurut analisa Direktur Pusat Studi Forensika Digital (PUSFID) UII Yogyakarta, Yudi Prayudi, kesengajaan atau bukan tentunya tidak bisa disimpulkan secara cepat, namun memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Demikian juga dengan dugaan apakah ini kedua kejadian tersebut merupakan sebuah modus dari cyber crime atau bukan juga tidak bisa disimpulkan begitu saja tanpa melihat fakta yang terungkap dari proses penyelidikan tersebut.
Yudi mengatakan, untuk dapat menampilkan video pada layar videotron, maka salah satu teknologi videotron yang diterapkan adalah menempatkan satu PC atau alat pada area videotron tersebut yang terhubung melalui internet dengan komputer tertentu di ruangan pengelolanya (remote conection).
Secara rutin, pengelola dari videotron tersebut akan melakukan pembaharuan konten yang akan ditampilkan melalui aplikasi tertentu. "Remote konten tersebut dilakukan biasanya untuk kepentingan maintenance atau update, bila proses maintenance atau update telah selesai maka proses remote dihentikan dan konten yang akan ditampilkan kemudian diputar secara lokal dari media penyimpan yang ada di sekitar videotronnya," ujar Yudi kepada VIVA.co.id, Minggu 2 Oktober 2016.
Yudi yang juga Dosen Magister Teknik Informatika Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri UII mengatakan, dalam kasus videotron di Jakarta Selatan ini, dugaan sementara yakni, operator dari komputer tersebut, tengah menonton atau memutar video porno di komputer melalui layanan streaming video dari alamat tertentu.
Tanpa disadari, komputer yang digunakan untuk mengakses layanan streaming video tersebut ternyata sedang terhubung ke videotron tertentu. Dengan fakta tersebut maka ada beberapa kemungkinan munculnya konten tersebut pada videotron.
Yang pertama operator komputer tidak sengaja melakukannya, yang bersangkutan sedang membuka video streaming alamat tertentu dan tidak menyadari kalau komputernya sebenarnya sedang terkoneksi pada videotron yang berdampak, apa yang dilihat pada komputernya akhirnya terlihat pula di videotron.
Yang kedua komputer operator terkena sebuah virus semacam RAT (remote access trojan) yang memungkinkan komputer tertentu dapat mengakses komputer lainnya dan kemudian menjalankan aktivitas tertentu. Hal ini sejalan dengan klaim dari pihak manajemen pengelola videotron yang mengklaim bahwa terjadi penyusupan file tertentu yang mengakibatkan videotron tersebut tidak dapat dikendalikan oleh operator dan diarahkan pihak tertentu, untuk akhirnya mengakses alamat tertentu dan akhirnya menampilkan konten illegal.
"Dan yang ketiga adanya aktifitas hacking yang sangat canggih yang dikenal istilah air gap hacking, yaitu hacking peralatan elektronik (umumnya adalah alat-alat yang dikendalikan secara remote misalnya, videotron, traffic lalu lintas bahkan kendaraan yang sudah menerapkan system computer)," katanya.
Teknik yang dilakukan adalah memanfaatkan frekuensi gelombang untuk melakukan transfer data atau pengambilalihan kontrol alat. Jadi tidak lagi digunakan koneksi internet. Namun memanfaatkan celah frekuensi yang ada pada alat elektronik tersebut. Bila ini yang terjadi, berarti memang sedang ada seseorang yang sedang mencoba untuk menerapkan teknik hacking ini pada alat videotron yang menjadi target tersebut. Bisa dipastikan orang tersebut memiliki keahlian komputer dan elektronika yang sangat baik karena menerapkan teknik hacking yang cukup canggih.
"Mana yang paling benar adalah wewenang dari tim penyidik serta mempertimbangkan berbagai temuan artefak digital yang terdapat pada videotron maupun komputer perusahaannya," ujarnya.