Ahok Pilih Tidak Ikut Pilkada daripada Bayar Mahar Rp10 T
- VIVA.co.id/Filzah Adini Lubis
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, membantah dibebani mahar uang sebesar Rp10 triliun supaya diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Ahok, sapaan akrab Basuki, mengatakan keputusan pengusungan diambil Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, karena ia dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat, bersedia menjalankan Dasa Prasetya PDIP jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.
Selain itu, PDIP juga melihat tingkat kepuasan masyarakat Jakarta yang tinggi terhadap pasangan Ahok - Djarot sebagai pertimbangan supaya keduanya memiliki kemungkinan menjadi kepala daerah hingga tahun 2022.
"Tingkat kepuasan kepada kami tinggi," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Rabu, 21 September 2016.
Ahok mengaku memilih tidak menjadi peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 jika PDIP, atau partai politik mana pun, memberinya syarat berupa mahar uang.
Menurut Ahok, jika ia memiliki uang sebanyak Rp10 triliun, ia tidak perlu lagi bekerja, baik sebagai kepala daerah maupun pengusaha. Uang sebesar itu lebih baik ia depositokan di bank daripada diberikan sebagai mahar. Berdasarkan perhitungannya, ia bisa mendapat uang sebesar Rp60 miliar setiap bulan berupa bunga dari uang Rp10 triliun yang ia jadikan deposito.
"Kalau punya Rp10 triliun mah gua tidur aja," ujar Ahok.