Cerita Dokter Djaja Dilanda Dilema Saat Awetkan Jasad Mirna
- Facebook Mirna Salihin
VIVA.co.id – Ahli Patologi Forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dokter Djaja Surya Atmadja mengaku sempat turut mengawetkan jenazah Wayan Mirna Salihin.
"Saat disuruh formalin jenazah (Mirna), saya tanya, kenapa dia matinya? Saya dikasih tahu, katanya, 'habis minum kopi terus mati'. Saya pikir, ini kematian tidak wajar, habis minum kopi mati, apalagi orangnya masih muda," kata Djaja dalam persidangan perkara kematian Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu, 7 September 2016.
Djaja juga mengaku sempat bertanya kepada penyidik kepolisian mengapa jenazah Mirna diminta diformalin? Padahal, belum ada permintaan penyidik terhadap dokter untuk memeriksa jenazah secara forensik atau melaksanakan proses autopsi.
"Saya dilema, wajarnya, jenazah di bawah 24 jam itu tidak perlu diautopsi. Kalau sudah di atas 24 jam, bisa busuk. Tapi, jenazah ini kan belum diautopsi, masa sudah diformalin. Kata penyidik, 'keluarga tidak mau korban diautopsi'. Itu yang bikin saya dilema, karena setelah diformalin, penyidik sudah tidak bisa autopsi jenazah lagi," katanya.
Sebelum diberi formalin, Djaja mengaku sempat mencari tahu penyebab kematian Mirna dengan cara sederhana, yakni mencium aroma dari dalam tubuh.
Caranya dengan menekan bagian dada dan ulu hati jenazah, lalu menghirup aroma yang keluar dari mulut. Apabila tercium aroma seperti kacang almond busuk, maka dipastikan kematian Mirna karena keracunan sianida.
"Kalau aroma bawang, berarti keracunan arsen. Saya sudah coba, tidak ada aroma bawang maupun kacang almond busuk," ujar Djaja.
Selain itu, ia menekankan bahwa ciri fisik di tubuh Mirna tidak menunjukkan Mirna tewas karena sianida.
"Kulitnya saat saya lihat warna biru. Pada ujung jarinya juga biru. Saat dia saya formalin, Mirna kebiruan karena dia kekurangan oksigen. Paling sedikit warna merahnya. Kalau keracunan sianida itu cirinya merah bukan biru," katanya.