Lumpur Meluber ke Rumah Warga, Ini Penjelasan Pertagas
Selasa, 9 Agustus 2016 - 22:00 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Muhammad Hari Fauzan
VIVA.co.id
- Semburan lumpur yang menggenangi ruas Jalan Raya Marunda dan rumah warga di sekitarnya, di Kampung Kebon Kelapa, Desa Segaramakmur, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, selama sepekan belakangan ini akhirnya mendapatkan klarifikasi dari PT Pertamina Gas (Pertagas) selaku pelaksana proyek.
Manajer Public Relation dan CSR PT Pertamina Gas (Pertagas), Chatim Ilwan mengakui Pertagas tengah melaksanakan proyek pemasangan pipa gas di lokasi tempat munculnya semburan lumpur, di Kabupaten Bekasi.
Chatim mengatakan, Pertagas tengah melaksanakan proyek pemasangan pipa gas
open acces
ruas Muara Karang-Muara Tawar di Kabupaten Bekasi. Di wilayah tersebut dipasang pipa gas berdiameter 24 inchi sepanjang 31 km yang membentang dari Muara Karang di DKI Jakarta hingga Muara Tawar di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Jaringan pipa yang kami kerjakan di lokasi itu dilakukan guna mengalirkan gas bagi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik milik PLN di Muara Tawar. Dan khusus di lokasi tersebut, terdapat penanaman pipa gas sepanjang hampir 1 km dengan menggunakan teknologi pengeboran horizontal secara langsung atau Horizontal Directional Drilling (HDD)," kata Chatim, Selasa 9 Agustus 2016.
Dalam pemasangan pipa gas, Chatim menjelaskan Pertagas sengaja menggunakan teknologi yang dianggap lebih simpel karena tidak diperlukan penggalian tanah di sepanjang jalur pipa tersebut. Akan tetapi penggalian cukup di
entry
dan
exit point
pipa saja. Sedangkan HDD pipa gas bisa ditanam dengan kedalaman hingga mencapai 20 meter di bawah permukaan tanah.
"Jadi teknologi ini dipilih selain teknologi
open cut
(digali secara langsung) dengan alasan jalur pipa berada di pinggir jalan raya yang lalu lintasnya sangat padat (banyak dilewati truk-truk ukuran besar). Lagipula jalan tidak terlalu lebar sehingga sulit ditempatkan alat berat, maka digunakan cara ini," terangnya.
Namun, Chatim tak menyangka apabila pada prosesnya terdapat dampak dari pengeborannya, yakni munculnya cairan lumpur di beberapa rumah warga, dan juga menggenangi jalanan di lokasi sampai membuat masyarakat sekitar menjadi terganggu. "Kami tidak menyangka akan dampak yang terjadi ini," ujar Chatim.
Menurut Chatim, lumpur yang ke luar dari bawah tanah rumah warga dan jalan raya itu, sejatinya merupakan bentonit yang digunakan untuk memperlancar proses pengeboran dengan metode HDD sekaligus sebagai media pembawa tanah hasil pengeboran saat ke luar ke permukaan.
"Tapi kami bisa pastikan apabila cairan lumpur tersebut tidak membahayakan. Cairan ini hanya digunakan dalam proses kontruksi saja. Dan kalaupun sampai muncul ke permukaan tanah, itu dikarenakan kondisi tanah (subsurface) di lokasi lemah," kata Chatim.
Struktur tanah yang lemah diakui Chatim, mengakibatkan cairan lumpur bentonit pun keluar melalui rongga-rongga yang kosong hingga permukaan. "Jadi informasi yang dihimpun, wilayah tersebut dahulunya merupakan rawa dan sawah tadah hujan," ucapnya.
Baca Juga :
"Kami bersama kontraktor kini secara aktif berkoordinasi dengan aparatur desa, pihak keamanan, para tokoh serta warga yang terdampak dalam menyelesaikan kejadian yang ditimbulkan dari pekerjaan konstruksi ini," tegas Chatim.
Terkait masalah lumpur ini, Chatim memastikan situasi di lokasi terdampak sudah kondusif, dan mendapat dukungan penuh dari pemuka desa serta aparat keamanan. Selanjutnya, proses pekerjaan HDD di lokasi juga sudah selesai seiring dengan selesainya pekerjaan pullback yang bertujuan menarik pipa sepanjang hampir 1 km tersebut ke dalam tanah dari
exit point
ke
entry point
, pada Senin kemarin.
Chatim mengklaim, saat ini sudah tidak ada lagi lumpur yang muncul di rumah warga.