Petisi 'Bangku Stasiun jadi Jemuran' Mulai Ramai Dukungan
- Change.org
VIVA.co.id - Penumpang di Stasiun Manggarai, Jakarta mengeluh. Ini, lantaran tak adanya lagi tempat duduk di sepanjang peron. Bangku baru yang hanya tempat bersandar dianggap tak bisa membantu menghilangkan rasa lelah saat menunggu lama datangnya kereta.
Apalagi, bentuknya seperti jemuran, sehingga dianggap tak cocok diletakkan di stasiun kereta. Fungsinya bahkan bisa saja benar-benar berubah menjadi jemuran.
Karena hal ini, seorang pria bernama Rahmat Ali, membuat petisi berjudul Kembalikan Fungsi Bangku Stasiun Seperti Semula, Jangan Pakai 'Jemuran Handuk'. Petisi ini sudah dibuat sejak tiga bulan yang lalu. Sampai sekarang, petisi ini mengantongi 360 pendukung.
Seperti dilansir Change.org, dalam petisi ini dijelaskan bahwa kini bangku peron berubah wujud seperti "jemuran handuk". Fungsi awal untuk duduk, jadi untuk menyender.
Rahmat Ali pun menilai, keputusan digantinya fungsi bangku tersebut dinilai mubazir dan tidak tepat guna jika dibandingkan terhadap keadaan perka (perjalanan kereta api) saat ini yang tidak selalu ontime, keterlambatan yang parah dan masalah antrean yang belum ditemukan solusi.
"Ada kutipan yang saya baca, 'Bambang mengatakan penumpang KRL atau Commuter line hanya sebentar menunggu kereta. Mereka pun tidak berlama-lama di peron lantaran bisa menggunakan kereta berikutnya. Apalagi Stasiun Manggarai sebagai stasiun transit, akan mengurangi space penumpang jika ada kursi'."
Kenyataan tidak demikian, karena keterlambatan yang luar biasa, masalah antrean yang belum ada solusinya membuat calon penumpang menunggu sangat lama. Mereka saat tertahan itu berdiri, tentu butuh bangku untuk istirahat, masa harus berdiri lagi? Keberadaan "jemuran handuk" tersebut mubazir, jika akan duduk maka mereka terpaksa mengampar/lesehan di bawah.
Keberadaan bangku yg berubah jadi "jemuran handuk" tidak friendly untuk kebanyakan orang,tidak selalu penumpang KRL adalah orang yang sehat bugar karena ada juga balita juga anak-anak, ibu membawa bayi atau balita, manula, difabel. Bangku biasa sebelum berubah fungsi itu dapat dijangkau dan diduduki oleh golongan orang yang disebut (balita/anak-anak, ibu bawa bayi/balita, manula, difabel, dsb), kini mereka terpaksa memilih, bersandar atau mengampar atau lesehan di bawah dengan konsekuensi bahwa bokong mereka akan kotor, jika musim hujan akan becek dan basah.
"Diharapkan PT KCJ (KAI Commuter Jabodetabek) dapat memperhatikan keluhan-keluhan para penumpang KRL dan segera memberikan solusinya, diharapkan peron stasiun untuk menunggu KRL lebih bersahabat untuk golongan orang kebanyakan dari yang sehat sampai sakit atau difabel."
Petisi ini dikirimkan pada Kepala Stasiun, Ketua KCJ dan Koordinator KCJ.
Para 'roker', bagaimana menurut kalian?