Ahok Tidak Mau Siswi di Jakarta Dipaksa Pakai Jilbab
- VIVAnews/Tri Saputro
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan hal yang lebih tepat dilakukan guru-guru sekolah di Jakarta dalam menumbuhkan kesadaran kepada muridnya untuk benar-benar menjalankan ajaran agama Islam adalah dengan memberi pelajaran agar kesadaran itu tumbuh sendiri.
Pemaksaan seperti pengenaan kewajiban bagi siswi untuk mengenakan jilbab dinilai hanya membuat siswi sekadar menjalankan perintah sekolah. Mereka berjilbab bukan karena kesadaran sebagai Muslimah.
"Anda (siswi) kalau mau memakai jilbab, pakai yang benar. Bukan karena jilbab adalah bagian seragam sekolah (diwajibkan sekolah). Enggak mau saya," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, di Balai Kota DKI, Rabu, 8 Juni 2016.
Ahok menceritakan pengalamannya melihat pengenaan kewajiban berjilbab bagi siswi di daerah asalnya, Kabupaten Belitung Timur. Di sana, siswi-siswi yang berjilbab di dalam lingkungan sekolah melepas jilbabnya ketika di luar sekolah.
"Bagi saya itu menghina agama, saya enggak bisa terima," ujar Ahok.
Ahok menilai, bila diberi ajaran yang benar, bukan dengan paksaan, kesadaran untuk berjilbab itu akan muncul sendiri. Kesadaran untuk beragama secara kafah atau menjalankan ajaran agama secara keseluruhan akan muncul di diri mereka.
Salah satu hal yang bisa dilakukan, menurut Ahok, adalah berusaha membuat para siswa khatam atau menyelesaikan Alquran pada usia 12 tahun. Tidak hanya selesai membaca dalam bahasa Arab, namun mengkhayati tafsiran dari setiap ayat yang mereka baca.
"Kamu kasih dia tausyiah, kamu kasih dia (pelajaran untuk) khatam di umur 12 tahun, dia sudah mengerti. Itu lebih baik daripada saya melihat anak-anak dipaksa memakai jilbab, keluar sekolah, naik motor sama bapaknya, (jilbab) langsung dicopot," ujar Ahok. (ase)