BNPB: Jakarta Darurat Banjir akibat Turunnya Permukaan Tanah
- TMC Polda Metro Jaya
VIVA.co.id – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menegaskan bahwa Jakarta akan menghadapi banjir rob yang sangat serius di masa mendatang.
Ancaman air laut pasang ini dikarenakan makin menurunnya permukaan tanah tanpa bisa dikendalikan. Dari hasil pengukuran pada 1925-2010, permukaan air laut Jakarta selalu naik setiap tahun.
Menurut Sutopo, kenaikan rata-rata 0,5 sentimeter per tahun. Sebaliknya, laju penurunan muka tanah di Jakarta mencapai 5-12 sentimeter per tahun di sejumlah titik selama tiga dekade terakhir.
"Kondisi ini menyebabkan akumulasi permukaan air laut yang menggenangi tanah Jakarta jadi lebih tinggi," ungkap Sutopo, melalui keterangan tertulisnya, Selasa, 7 Juni 2016.
Ia melanjutkan, penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah yang tidak terkendali membuat wilayah Jakarta Utara semakin rawan banjir rob.
Pengambilan air tanah secara masif ini lah yang menyebabkan lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah menyebabkan tanah ambles.
Selain itu, terdapat faktor alami, yaitu kenaikan muka air laut. Kombinasi antara turunnya tanah dan naiknya muka air laut itu lah yang menyebabkan rob.
Sutopo pun mencontohkan Kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. "Itu (Pluit) salah satu kawasan yang mengalami penurunan muka tanah cukup besar. Selama tiga dekade ini, beberapa daerah di Pluit mengalami penurunan tanah 1,8-3 meter," ungkapnya.
Saat ini, wilayah Jakarta Utara ada 26 titik rawan banjir rob, meliputi Penjaringan, Pluit, Kamal Muara, Kapuk Muara, Tanjung Priok, Kalibaru, Ancol, Pademangan, Marunda, Koja, Lagoa, Sunter Karya Selatan, Papanggo, Sunter Agung, Warakas, Kebon Bawang, Sungai Bambu, Jampea, Kramat Jaya, Kelapa Gading, KBN Cakung, Sunter Jaya, dan Yos Sudarso.