Ahok Mengeluh karena Selalu Disalahkan soal Banjir

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, di Pulau Seribu.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fajar Ginanjar Mukti

VIVA.co.id - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mengeluh gara-gara merasa selalu disalahkan setiap wilayah Ibu Kota banjir.

Ahok mengaku bahwa Pemerintah Provinsi sebenarnya telah mempersiapkan berbagai kebijakan untuk mengantisipasi banjir. Misalnya, membangun tanggul-tanggul agar air tidak menggenangi permukiman setiap air laut pasang.

Kebijakan itu, katanya, sebuah keniscayaan karena permukaan air laut lebih tinggi daripada daratan di Jakarta, terutama di kawasan pesisir. Pembangunan tanggul-tanggul itu berarti sekaligus merelokasi permukiman warga.

Tetapi upaya relokasi selalu ditentang dan diprotes warga, meski sebenarnya kebijakan itu untuk melindungi mereka juga. Sebagian masalah lain adalah banyak oknum pengembang terlalu maju saat mereklamasi pantai. Ketika aparat bersikap tegas, Pemerintah justru disalahkan.

“Kalau (reklamasi) kami tutup, ribut lagi, pindah lagi, rusuh lagi, ribut lagi," kata Ahok kepada wartawan di Jakarta pada Sabtu, 4 Juni 2016.

Dia mengibaratkan Pemerintah Provinsi seperti orang tua kepada anaknya, yang kadang perlu tindakan tegas tetapi bertujuan kebaikan. Ada kebijakan tegas Pemerintah yang sebenarnya demi kebaikan warga tetapi justru diprotes, bahkan dihujat habis-habisan.

Ahok mencontohkan kebijakan pembangunan Waduk Pluit. Warga mesti dipindahkan agar pembangunan berjalan lancar. Warga direlokasi ke tempat yang lebih baik. Tetapi warga justru marah dan memprotes.

Dia membayangkan situasi andai Waduk Pluit jebol gara-gara bangunannya sudah tak memadai, pasti Pemerintah Provinsi juga yang disalahkan. Sepuluh ribu warga bakal jadi korban kalau waduk itu jebol. Soalnya posisi permukiman berada di 2,8 meter di bawah waduk. Ditambah ketinggian air laut yang mencapai lima meter.

"Kalau (warga) mati yang disalahin siapa, ya Gubernur. Kalau dipindahin yang disalahin siapa, ya Gubernur," ujar Ahok, berkeluh-kesah.

Pernyataan Gubernur itu merespons peristiwa tanggul pantai yang jebol di kawasan Perumahan Pantai Mutiara, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, pada Jumat malam, 3 Juni 2016. Banjir setinggi 30 centimeter sampai 100 centimeter menggenangi empat blok di Apartemen Regata. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. (ase)