Membongkar 'Dosa-dosa' Ahok Versi Razman Si Pengacara

Razman Arif Nasution
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Pengacara Razman Nasution mengungkapkan 'dosa-dosa' yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selama menjabat orang nomor satu di DKI. Menurutnya, Ahok tak pantas menjabat sebagai gubernur yang mengedepankan sewenang-wenang.

Rizman mengatakan, empat kali ia berhadapan dengan Ahok, di mana mereka selalu dipertemukan di berbagai kasus yang melibatkan Razman dan Ahok di ibu kota. Razman paparkan dosa-dosa mantan Bupati Belitung Timur dalam diskusi bertema "Fenomena Menggusur Ahok Merebak ke Daerah Lain NKRI: Dicari Bos Rakyat yang Bisa Membangun tanpa Menggusur."

"Razman tidak anti Ahok, tapi faktanya saya head to head dengan Ahok empat kali dalam berbagai kasus," ujar Razman dalam diskusi yang digelar Forum Jaringan Islam Sosialis di Kantor Syarikat Islam, Menteng, Jakarta, Jumat, 13 Mei 2016.

Kasus pertama Razman bertemu Ahok, saat ia menjadi kuasa hukum Udar Pristono, di mana Udar diseret ke meja hukum, karena diduga menyalahgunakan dana pengadaan Bus TransJakarta. "Dimulai dari sini head to head dengan Ahok berawal," ucapnya.

Kemudian, kasus kedua, dikatakan Razman, Ahok menuding ada dana siluman yang dilakukan anggota DPRD Jakarta atas pengadaan UPS di beberapa sekolah di ibukota. Kasus tersebut semakin mencuat, ketika Ahok dan Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana alias Lulung saling lempar argumen masing-masing.

Ketiga, terjadinya penggusuran di Kampung Pulo yang direlokasi beberapa waktu lalu. Ahok mengambil kebijakan tersebut guna mengatasi persoalan banjir yang terus menenggelamkan Jakarta ketika musim hujan tiba.

"Keempat, penggusuran Kalijodo, ternyata ada dana mengalir di belakang penggusuran tersebut dari Agung Podomoro. Ini terjawab sudah pertanyaan mengenai maksud dari penggusuran Kalijodo," kata Razman.

Razman melanjutkan, penggusuran Kalijodo tidak dimasukkan dalam APBD 2015 dan 2016. Dalam penggusuran tersebut tentunya memerlukan biaya untuk mengerahkan Satpol PP, TNI, hingga polri.

"Ternyata sumbangan dari pihak ketiga. Kasus-kasus ini memberi kesimpulan, kalau kita tidak boleh kalah dari Ahok. Saya tidak benci Ahok, tapi dalam teori kepemimpinan, pemimpin itu pelayan masyarakat, bangun komunikasi, tidak seenaknya," katanya.