Ahok: Cari Mati Kalau Robohkan Masjid Luar Batang
- VIVA.co.id / Fajar GM
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengaku serba salah dalam melakukan penataan kawasan Luar Batang untuk dijadikan kawasan terpadu wisata bahari dan religi.
Ahok, sapaan akrab Basuki mengatakan, melalui media, ia berkali-kali menyampaikan bahwa kawasan yang akan ia tata adalah kawasan di sekitar Museum Bahari dan Pasar Ikan. Masjid Luar Batang yang terletak di sana, tidak termasuk kawasan yang ditertibkan.
"Kami mau tertibkan (kawasan Museum Bahari dan Pasar Ikan), supaya kami bisa bikin tanggul di sana, tingginya 3,8 meter. Karena kalau enggak ada tanggul, sewaktu laut pasang, air (rob) pasti masuk," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, memberi sambutan dalam peresmian Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Penggilingan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis, 12 Mei 2016.
Meski demikian, Ahok mengatakan, saat ini, menjelang Pemilihan Gubernur DKI tahun 2017, lawan-lawan politiknya menggunakan pelaksanaan program penataan yang sebenarnya sudah diamanatkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Nomor 34 Tahun 2005 itu, sebagai amunisi untuk menyerangnya.
Ahok diisukan akan merobohkan Masjid Luar Batang yang oleh warga dianggap keramat karena menjadi lokasi makam seorang habib.
"Kalau menjelang Pemilu memang repot. Saya mau bagusin, dibilang mau robohin. Padahal, saya dengar, orang Islam saja susah (tidak akan diizinkan) merobohkan masjid. Apalagi saya, yang suka dibilang kafir? Apa saya mau cari mati," ujar Ahok.
Kepada masyarakat, Ahok menegaskan Masjid Luar Batang tidak akan dirobohkan. Ahok mengatakan, masjid yang memiliki kisah sejarah karena tercatat sebagai titik masuk Raden Wijaya memasuki wilayah Batavia dalam perang melawan pemerintah kolonial Belanda itu akan diperluas wilayahnya dengan membangun plaza atau alun-alun di sekitarnya.
Ahok mengatakan, pembangunan plaza akan dilakukan seperti halnya saat Pemerintah Kota Jakarta Timur membebaskan lahan di sekitar masjid agar Ciputra Group, perusahaan pengembang RPTRA Penggilingan, memiliki lahan untuk membangun RPTRA yang saat ini ia resmikan.
Hunian-hunian warga di sekitar masjid yang berada di pinggir RPTRA, dijual ke pemerintah dengan istilah diwakafkan untuk masjid. Dengan demikian, masjid memiliki sebuah lapangan luas yang peruntukannya adalah tempat berkumpul warga.
"Model (RPTRA) seperti ini yang saya suka. Ada masjidnya. Kalau biasanya masjid dikelilingi permukiman padat, ini dikelilingi taman. Ini yang mau saya lakukan di Luar Batang. Supaya masjid yang megah, tidak dikelilingi permukiman padat, kumuh. Penghuninya kami pindahin ke mana? Ke rusun (rumah susun)," ujar Ahok.
RPTRA Penggilingan, dibangun dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan swasta pengembang Ciputra Group. Selain RPTRA Penggilingan, Ahok sekaligus meresmikan RPTRA Jatinegara yang juga dibangun Ciputra. Ciputra sendiri, sebelumnya telah membangun tiga RPTRA yang satu di antaranya, terletak di wilayah Jakarta Timur pula. Sementara, dua RPTRA lain terletak di Jakarta Barat.
Dalam laporannya, perwakilan Ciputra Group Yunita Ciputra, mengatakan kelompok usahanya menggandeng kalangan akademisi, dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk membangun RPTRA.
"Kami bersama-sama melakukan social mapping. Setelah diketahui karakter masyarakat di wilayah ini, kami bangun RPTRA sesuai karakteristik mereka," ujar Yunita.