Saran Pengamat untuk Ahok Agar Jakarta Tak Banjir Lagi
- Antara/ Widodo S Jusuf
VIVA.co.id – Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna mengatakan, penyelesaian banjir di DKI Jakarta sebetulnya terletak pada pendekatan kepada masyarakat.
"Selama ini, program Gubernur Ahok itu lebih kepada pendekatan struktural saja, yang nonstrukturnya itu kurang seperti pemberdayaan masyarakat, kepedulian untuk membuat resapan air, kepedulian untuk menjaga lingkungan, dan sebagainya," kata Yayat di Jakarta Timur, Kamis, 21 April 2016.
Yayat menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama ini terlalu fokus dengan membenahi badan sungai saja. "Selama ini lebih kepada cara menormalkan badan airnya saja, akan tetapi belum menormalkan manusianya," kata dia.
Menurutnya, yang menjadi permasalahan DKI Jakarta saat ini adalah, mulai mengikisnya resapan air, waduk serta rawa rawa yang menjadi modal utama DKI Jakarta
"Permasalahan sekarang ini semakin krisisnya wilayah resapan air sekarang orang kurang pergerakan dalam menampung air, gerakan menabung air. Harusnya pemerintah membangun wilayah penampungan air. Seperti dulu Jakarta punya Rawa Buaya dan semacamnya. Karena memang wilayah dataran banjir itu sangat punya potensi untuk terjadinya banjir," katanya menambahkan.
Yayat menyayangkan tata kelola kota DKI Jakarta yang tadinya memiliki banyak resapan air untuk menampung hujan, semakin hari semakin berkurang.
"Sekarang rumah air itu jadi rumah manusia. Seperti contoh di Kelapa Gading, kapan waduk itu dibangun, dulu kan di sana rawa, sekarang boleh saja tidak tergenang, tapi kalau curah hujan yg besar, bisa jadi nanti ada wilayah genangan baru di sana," katanya.
Ia menjelaskan, pemerintah harus menyediakan wadah penampungan air serta mengurangi penyedotan air tanah. "Maka harus ada wadah penampungan air yang banyak, serta dikurangi upaya pengambilan air tanah secara berlebihan, sama menambah resapan air.”
Laporan Yasin Fadilah dari Jakarta