Mengapa Taksi Biasa Tak Bisa Lebih Murah daripada Uber
Sabtu, 26 Maret 2016 - 20:14 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Yossy Widya
VIVA.co.id - Perselisihan antara taksi konvensional dan online bukan hanya sekadar pada perkembangan teknologi. Akan tetapi, hal ini cenderung karena masalah tarif taksi online yang rendah sehingga konsumen cenderung tidak lagi memilih taksi konvensional.
Lantas timbul tanda tanya, mengapa para sopir taksi yang tergabung dalam Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) ataupun pengusaha taksi konvesional tidak menurunkan tarif taksi ke pihak Organisasi Angkatan Darat (Organda)?
Baca Juga :
Menanggapi hal tersebut Sekretaris DPD Organda DKI Jakarta, JH Sitorus, ikut angkat bicara. Menurut Sitorus untuk menentukan tarif resmi taksi bukanlah Organda yang menentukan, tetapi hasil perhitungan bersama pemerintah.
"Untuk menurunkan tarif enggak mungkin. Tapi kami selalu mengusulkan tarif karena ada besaran investasinya, itu dihitung dapatnya berapa biaya per kilometer. Biaya itu enggak asal-asalan bikin tarif," jelas Sitorus saat acara diskusi Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu 26 Maret 2016.
Sitorus melanjutkan, yang membuat tarif taksi konvensional lebih mahal tak lain karena adanya pengeluaran yang harus dibayar perusahaan antara lain mempunyai dan melakukan perawatan pool taksi, membayar unit mobil, gaji karyawan, listrik dan lainnya.
Kendati demikian, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yahsyah, tidak sependapat. Sebab, kata dia Dinas Perhubungan hanya menerima pendapat atau dalam artian tidak langsung turut campur menentukan tarif taksi .
Hanya saja, Andri menjabarkan, dalam menentukan tarif taksi setidaknya para pengusaha juga membayar beberapa pajak seperti pajak penghasilan dan pajak penghasilan.
“Dan itu yang tidak dibayar mereka (taksi online), jadi tarifnya lebih murah,” katanya.