Jenderal Tito Dukung Revisi UU Terorisme
- VIVA.co.id/ Irwandi Arsyad
VIVA.co.id – Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, Inspektur Jenderal Tito Karnavian, selangkah lagi mendapat jabatan baru, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dia menggantikan Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution, yang memasuki masa pensiun dan dilantik Rabu esok.
Irjen Tito sebenarnya bukan orang baru di bidang terorisme. Jauh sebelumnya menjabat Kapolda Metro Jaya, Tito malang melintang bertugas di Detasemen Khusus 88, dan puncaknya menjabat Kepala Densus 88 pada kurun waktu 2009-2010.
Berbagai kasus terorisme pun berhasil diungkap melalui tangan dingin Tito Karnavian. Tak heran, alumnus terbaik Akademi Polisi 1987 itu pun menjadi salah satu perwira Polri yang dikenal memiliki spesialisasi terhadap kasus terorisme di Tanah Air.
Namun, seiring tingginya potensi ancaman terorisme di Indonesia, sementara pola-pola yang digunakan teroris semakin beragam, Irjen Tito mendukung pemerintah merevisi Undang-Undang Terorisme.
"Saya mendukung (revisi UU Terorisme). Kenapa?," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Selasa, 15 Maret 2016.
Tito mengatakan UU Terorisme Nomor 15 tahun 2003 itu berangkat dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 1 tahun 2002. Perpu tersebut dibuat untuk merespon kasus Bom Bali.
"Saat itu kita belum tahu pelakunya siapa, jaringan mana, motivasi pelaku meledakkan bom Bali, sehingga UU ini hanya mengkriminalisasi perbuatan tertentu dengan ancaman hukuman berat, dan mempermudah penyidik dan penegak hukum mempermudah proses mengungkap kasus Bom Bali dan mengadilinya di pengadilan," ujar Tito.
Menurut dia, saat ini pemerintah sudah memiliki peta yang sangat jelas mengenai jaringan terorisme sehingga revisi UU ini perlu dilakukan.
"Nah sekarang sudah lewat 13 tahun, operasi sudah seribu lebih ditangkap, interview sudah dilakukan, sekarang ini kita sudah memiliki peta yang sangat jelas jaringan terorisme, dialah kelompok, berafiliasi dengan kelompok internasional, kemudian mereka memiliki dulu Al-Qaeda sekarang ISIS," ungkap dia. (ren)