Premium Bakal Dihapus dari Jakarta, Ini Reaksi Warga
Kamis, 4 Februari 2016 - 16:48 WIB
Sumber :
- Antara/Fanny Octavianus
VIVA.co.id - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berencana menghapus Bahan Bakar Minyak jenis premium dari Jakarta.
Langkah Ahok, sapaan Basuki, itu menuai penolakan dari sejumlah masyarakat. Salah satunya Dedi (55), sopir angkutan kota. Dia tak setuju Ahok menghapuskan premium.
"Saya kan sehari-hari pakai premium, kalau itu dihapus ya saya jelas tidak setuju. Otomatis kami nanti harus pakai pertalite atau pertamax yang lebih mahal, tarif kita naik," katanya saat ditemui VIVA.co.id, Kamis, 4 Februari 2016.
"Kalau tarif naik penumpang sepi, nanti makin rugi aja kami, Pak Ahok harusnya jangan egois dong, pikirin nasib kami juga," Dedi menambahkan.
Solusi Ahok yang meminta angkutan umum untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) juga tidak disetujui sopir mikrolet jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu ini. Sebab, stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) saat ini masih jarang.
Penolakan juga datang dari Heri (34), seorang sopir mobil pikap di Pasar Induk Kramatjati. "Sebenarnya sih saya tidak setuju, tapi ya mau enggak mau ngikut pemerintah sajalah. Saya cuma sopir cuma nyetir aja bisanya," kata Heri.
Jika premium dihapus, ia lebih memilih menggunakan pertamax daripada pertalite. "Saya narik nih bawa barang sama orang ke Pasar Ciracas paling Rp80 ribu. Nanti misalnya udah ganti pakai pertamax ya segitu juga. Kalau dinaikin pada kabur pelanggan," ujarnya.
Seorang karyawan swasta, Hasan (44) pun tidak setuju jika premium dihapuskan dari Jakarta. "Enggak setuju, karena sekarang mayoritas pengendara pakai premium. Jika itu dihapuskan, nantinya malah menyusahkan masyarakat," ujarnya.
Baca Juga :
Langkah Ahok, sapaan Basuki, itu menuai penolakan dari sejumlah masyarakat. Salah satunya Dedi (55), sopir angkutan kota. Dia tak setuju Ahok menghapuskan premium.
"Saya kan sehari-hari pakai premium, kalau itu dihapus ya saya jelas tidak setuju. Otomatis kami nanti harus pakai pertalite atau pertamax yang lebih mahal, tarif kita naik," katanya saat ditemui VIVA.co.id, Kamis, 4 Februari 2016.
"Kalau tarif naik penumpang sepi, nanti makin rugi aja kami, Pak Ahok harusnya jangan egois dong, pikirin nasib kami juga," Dedi menambahkan.
Solusi Ahok yang meminta angkutan umum untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) juga tidak disetujui sopir mikrolet jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu ini. Sebab, stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) saat ini masih jarang.
Penolakan juga datang dari Heri (34), seorang sopir mobil pikap di Pasar Induk Kramatjati. "Sebenarnya sih saya tidak setuju, tapi ya mau enggak mau ngikut pemerintah sajalah. Saya cuma sopir cuma nyetir aja bisanya," kata Heri.
Jika premium dihapus, ia lebih memilih menggunakan pertamax daripada pertalite. "Saya narik nih bawa barang sama orang ke Pasar Ciracas paling Rp80 ribu. Nanti misalnya udah ganti pakai pertamax ya segitu juga. Kalau dinaikin pada kabur pelanggan," ujarnya.
Seorang karyawan swasta, Hasan (44) pun tidak setuju jika premium dihapuskan dari Jakarta. "Enggak setuju, karena sekarang mayoritas pengendara pakai premium. Jika itu dihapuskan, nantinya malah menyusahkan masyarakat," ujarnya.