Cerita Keluarga Berebut Akui Jasad Korban Metromini Maut

Petugas evakuasi bangkai Metro Mini yang ditabrak KRL di Angke, Jakut.
Sumber :
  • VIVA/Moh Nadlir

VIVA.co.id - Identifikasi jasad satu dari 18 korban tewas dalam kecelakaan maut kereta api listrik (KRL) dengan metromini maut di perlintasan Angke, Tambora, Jakarta Barat masih membutuhkan waktu.

Sebab, tim forensik dan polisi belum juga bisa menguak identitas jasad pria itu meski sudah berada dua hari di kamar jenazah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.

Namun, sejak jenazah dievakuasi ke RSCM sudah cukup banyak keluarga yang mengaku sebagai keluarga dari almarhum tak dikenal itu.

Bahkan menurut Kepala Bagian Pemasaran Hubungan Masyarakat (Humas) RSCM, Sulastin ada beberapa orang yang datang dan mengaku sebagai anggota keluarga dari satu jenazah kecelakaan metromini maut Tambora RSCM.

Beberapa orang yang datang tersebut bahkan dikatakannya datang dengan membawa Kartu Keluarga (KK) sebagai salah satu bukti yang disyaratkan.

Namun, meski membawa KK, pihaknya meminta beberapa orang tersebut untuk terlebih dahulu ke Polsek Tambora. "Tadi ada yang mengaku orangtua jenazah tersebut, datang dengan Pak RT," kata Sulastin.

Selanjutnya.. Mayat diakui bernama Andi...


Mayat diakui bernama Andi

Topan, salah satu keluarga asal Tangerang, Banten yang datang ke RSCM mengaku, ia adalah adik ipar dari korban yang belum teridentifikasi itu. Menurut Topan, korban diakui sebagai keluarga karena memiliki ciri fisik yang sama. Dan korban bernama Andi.

"Kan tadi pagi, bapak dan adiknya Andi, sama saya lihat. Itu dah lihat mukanya. Kan mukanya enggak hancur. Cuma memar di pipi sebelah kiri," ujar Topan di RSCM, Selasa, 8 Desember 2015.

Ia  menambahkan, saat mendatangi Polsek Tambora, ia dan keluarga didata untuk mengantisipasi adanya penipuan. Setelah selesai diperiksa, pihak Polsek Tambora langsung mempersilakan Topan dan keluarga kembali mendatangi RSCM.

"Pihak kepolisian minta pencocokan biar enggak terjadi penipuan tadi saat kita ke Tambora. Tapi, tadi ayahnya Andi diambil juga darahnya di RSCM. Kata polisi, nanti kalau sudah keluar hasilnya baru bisa dibawa jenazahnya," ujarnya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kesalahan identifikasi, polisi meminta keluarga asal Tangerang itu untuk melakukan pemeriksaan darah setelah sebelumnya sudah menyamakan sidik jari di posko korban di Tambora.

"Karena si korban ini sidik jarinya dicocokan sama keluarga tidak ketemu (tidak cocok). Makanya dicoba ambil darah dan tes DNA. Ini merupakan langkah  antisipasi jangan sampai kesalahan, di Jakarta ini banyak mister x," kata seorang petugas kepolisian dari Polsek Tambora.

Selain keluarga asal Tangerang itu, sebelumnya ada beberapa keluarga lainnya yang datang dan mengaku sebagai keluarga korban. Namun, ternyata, pengakuan beberapa keluarga itu tidak cukup kuat untuk dijadikan acuan bahwa jasad itu adalah anggota keluarga mereka yang hilang.