Dianiaya, Siswi SD Ini Trauma dan Tak Lagi Mau Sekolah
Jumat, 23 Oktober 2015 - 19:46 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id - Siswi Sekolah Dasar Negeri 02 Bintara, Bekasi Barat, Kota Bekasi, menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh teman-teman kelasnya.
Akibat kejadian ini, siswi kelas V bernama Chika Ayu (11) kini mengalami trauma dan tak mau lagi sekolah.
Tante korban, Novi Napitupulu (29), menjelaskan tindak kekerasan yang dialami keponakannya itu terjadi di lingkungan sekolah saat jam istirahat.
"Yang melakukannya teman-teman sekolahnya sebanyak delapan orang dan laki-laki semua," kata Novi, Jumat, 23 Oktober 2015.
Novi mengatakan sesuai apa yang diceritakan keponakannya terkait kronologi kejadian yang menimpanya itu. Diawali bully-an teman-temannya yang melakukan kekerasan kepadanya.
"Awalnya anak ini di-bully oleh teman-temannya waktu jam istirahat. Kebetulan dia emang memiliki sakit darah rendah yang bila digigit nyamuk kulitnya meninggalkan bekas," tuturnya.
Bully atau kata-kataan yang kerap diterima Caca (sapaan akrab Chika) yakni 'burik' dan itu diakui sang anak sering kali dilontarkan teman-temannya setiap di sekolah.
"Saat di-bully Chika bilang tidak melawan teman-temannya. Karena dia mengikuti pesan gurunya kalau dikatain enggak usah melawan," ucapnya.
Alhasil, saat di-bully itu, kata dia, Caca hanya dapat menangis dengan menutupi wajahnya sambil duduk di bangkunya dengan wajah tertunduk di meja.
"Saat posisi itu, semakin banyak yang mem-bully-nya hingga kekerasan dialaminya. Jadi, kepala korban diduduki delapan orang temannya yang hingga mengalami luka di wajahnya," ungkap Novi.
Ironisnya, setelah korban mengalami kekerasan itu bermaksud mengadukan perbuatan teman-temannya kepada wali kelasnya, ternyata wali kelasnya hanya sebatas menanyakan kejadiannya saja. Tapi tidak mengambil langkah lain.
"Wali kelasnya cuma sebatas nanya dan memberikan peringatan kepada teman sekelasnya atas kejadian itu dan membiarkan ponakan saya," tuturnya.
Baca Juga :
Diakuinya, pihak sekolah pun terkesan biasa saja menanggapi masalah ini sampai-sampai keponakannya pulang ke rumah diantar oleh guru Tata Usaha.
"Sekolah seperti cuek, guru TU yang antar Caca juga enggak sampai rumah dan tidak memberi kabar terkait kejadian yang menimpanya," jelasnya.
Akhirnya, anak pertama dari pasangan suami istri Abu Khoir (33) dan Khoiriyah (30) sampai di rumah sambil menutupi wajahnya dengan es batu di tangan untuk menghindari ibunya.
Namun, saat itu ibunya curiga dan memaksa Caca membuka wajahnya yang ditutupi. Sang ibu pun terkejut saat melihat kondisi mata anaknya yang mengalami luka.
"Saat ditanya sang anak pun mengaku wajahnya luka akibat kekerasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya yang laki-laki. Tapi, dia tidak menyebutkan berapa banyak yang melakukannya," katanya.
Minta penjelasan sekolah
Merasa tak terima atas kejadian ini, lanjut Novi, orangtua pun mengabarkan seluruh keluarga besarnya saat itu, termasuk dirinya dan hampir seluruh keluarga pun tak terima dengan apa yang menimpa Caca.
"Besoknya atau Kamis kemarin orangtua dan beberapa keluarga datang untuk meminta penjelasan sekolah. Parahnya, ternyata kepala sekolah juga baru tahu kabar ini," katanya.
Hari itu juga, akhirnya kasus ini dimediasi pihak sekolah dan baru diketahui jika delapan orang pelakunya yang merupakan teman sekelasnya itu dibawa ke kantor Kepala Sekolah, berikut orangtuanya.
Dalam mediasi yang dilakukan pihak sekolah menghasilkan, seluruh orangtua pelaku siap menanggung biaya pengobatan korban dan atas nama anak-anaknya orangtua meminta maaf kepada korban.
"Untuk pelaku-pelakunya saya enggak tahu sanksi apa yang diberikan sekolah," kata Novi.
Adapun hasil mediasi yang dilakukan, pihak keluarga mengaku belum puas. Hal itu, karena akibat kejadian ini membuat sang anak trauma sehingga dia meminta pihak keluarga pelaku juga memperhatikan psikologisnya.
"Caca sekarang tidak mau sekolah akibat kejadian ini. Dia mengalami trauma. Untuk itu keluarga pelaku untuk menanggung juga pengobatan psikologisnya," ungkapnya.
Adapun rencana keluarga untuk menyekolahkan lagi sang anak, kata dia, Caca akan pindah dari sekolah dan tidak lagi sekolah di sana dalam waktu dekat ini.
Soal kasus ini keluarga tidak akan melaporkan ke pihak berwajib berdasarkan permintaan orangtua para pelaku yang kebanyakan dari keluarga tidak mampu.
"Iya kami melihat kondisi keluarga pelaku yang memohon untuk tidak membawa kasus ini ke jalur hukum. Mereka nangis-nangis saat kasus mau dilaporkan," ujar Novi.
Kini, masalah ini pun keluarga sudah didampingi pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bekasi untuk penanganan kasusnya, terkait penanganan mental korban serta sanksi pelaku ataupun pihak sekolah. (ase)