Pengakuan Mengejutkan Agus, Bunuh Putri di Dalam Kardus

Rilis Pembunuhan Bocah Dalam Kardus
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Agus Darmawan, tersangka pembunuh dan pemerkosa Putri telah ditangkap polisi. Penetapan status tersangka pembunuhan ini dilakukan setelah penyidik memeriksa Agus selama beberapa hari.

Pengakuan pembunuhan terhadap bocah sembilan tahun yang mayatnya dimasukkan ke dalam kardus itu, setelah melalui rangkaian pemeriksaan.

Di hadapan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, Agus menjelaskan awal mula dia merayu hingga membunuh Putri.

Berikut petikan wawancara Krishna (K) terhadap Agus (A) yang dihimpun VIVA.co.id. Beberapa dialog sengaja kami hilangkan karena terlalu vulgar.

K: Bagaimana awal mula kejadian itu?

A: Jumat pagi saya buka warung. Saya duduk, terus saya panggil (Putri).

K: Jam berapa?

A: Kira-kira Jam 9 pagi.

K: Jam 9 pulang sekolah?

A: Iya. Saya panggil dia masuk. Saya ajak ke kamar.

K: Mau?

A: Mau.

K: Itu sering?

A: Baru pertama dia masuk. Saya tutup pintu terus langsung saya sekap.

K: Terus?

A: Terus dia mau teriak, terus buru-buru saya lepas kaos kakinya dan saya sekap pakai kaos kaki dia biar enggak teriak. Saya ikat pakai kabel charger mulutnya sama kaos kaki. Saya enggak tahu kaos kaki kiri atau kanan. Saya buka, saya dudukin. Saya buka baju-bajunya, saya dudukin biar enggak berontak. 

K: Dianya pingsan?

A: Enggak pak, masih hidup.

K: Dia telanjang?

A: Iya. 

K: Dia masih hidup?

A: Iya. Saya ikat kaki dan tangannya pake kabel casan. Terus saya ikat, saya keluar kamar dan bingung.

K: Setelah itu, dia masih hidup?

A: Iya.

K: Terus enggak bisa gerak?

A: Iya. Terus saya ke luar kamar. Pikiran sudah bingung. Saya cari potongan kardus di kamar.

K: Dia enggak bisa gerak?

A: Iya.

K: Tengkurap?

A: Iya.

K: Teriak?

A: Saya sumpal mulutnya pake kaos kaki.

K: Kaos kaki langsung diikat?

A: Enggak ak, ada tambahan pakai kabel. Saya masukin dulu kaos kakinya terus ada kabel. Saya ke luar. Saya bingung gimana. Jalan pintas, saya bunuh. Cari sepotong kabel dari belakang warung. Terus saya cekik lehernya.

K: Mulutnya luka?

A: Saya paksa kaos kaki terus dia mau berteriak. Saya sumpal terus kena jari. Sudah saya cekik enggak ada nafasnya. Saya tinggal keluar lagi. Saya lihat ada kardus.

K: Kardus Sanqua dan Teh segar?

A: Iya pak. Terus ambil lakban di warung. Sebelum masuk kardus, saya ikat dulu supaya mulat di kardus. Ikat dulu kakinya. Tangan dan kaki jadi satu. Saya masukin kardus. Saya lakban full. Setelah saya lakban full, terus saya keluar. Terus saya lihat sepeda.

K: Kamu enggak punya motor?

A: Saya punya motor, tapi motor di luar. Saya (buang) enggak pakai motor. Tapi pakai sepeda. Sepeda saya siapkan, saya angkat kardus dari kamar, saya taruh di depan sepeda. Pas magrib saya jalan.

K: Jadi selama salat Jumat sampai magrib ada di kamar kamu?

A: Iya. Magrib saya jalan lewat depan kelurahan. Peremapatan Rawa Lele saya belok kiri, terus Jalan Koang  ke Citra Lima. Dari Citra Lima ke sahabat. Saya buang di situ, di tempat gelap.

K: Gelap?

A: Iya. Saya sampai Jalan Sahabat saya buang di situ.

K: Enggak ada orang?

A: Enggak ada Pak, Sepi.

K: Kenapa milih buang di situ, karena takut ketahuan istri kedua?

A: Iya. Saya baru itu lewat.

K: Kenapa pilih situ?

A: Karena di bawah jembatan.

K: Idenya asal buang aja?

A: Iya. enggak ada rencana.

K: Waktu bawa pakai sepeda, ada dua dus?

A: Iya, satu (kardus) formalitas buat belanja.

K: Isinya kaos kaki?

A: Iya.

K: Itu di situ (DNA) ada DNA kamu ya?

A: Iya.

K: Nah kaos kaki itu buat apa? Yang di boks teh kan ada kaos kaki. Kan satu buat nyumpel?

A: Kan buat nyumpel saya pake kaos lagi, saya ganti.

K: Nah kaos kaki yang selain di sumpel buat apa. Kan kita (polisi) ketemu kaos kaki korban tuh?

A: Tadinya enggak ada yang ketinggalan Pak.

K: Yang buat nyumpel itu juga?

A: Iya buat nyumpel itu juga. Terus terakhir pas saya mau buang, saya ganti pake kaosnya.

K: Jadi kamu bawa terus diletakan di situ?

A: Iya

K: Kamu bakar bajunya kapan?

A: Pas pulang, Pak. Paginya (besoknya) saya bakar.

K: Dia ada bicara apa?

A: Enggak ada bicara apa-apa.

K: Kenapa waktu kamu ajak ke dalam rumah dia mau?

A: Cuma bilang, dek sini dek.

K: Dia kenal kamu enggak?

A: Kenal sepintas saja.

K: Dia kepancing karena apa?

A: Saya panggil aja. Dek, saya mau ngomong. Dek sini.

K: Kenapa pilih dia, sudah diincer?

A: Asal.

K: Kalau yang lewat orang lain bisa jadi orang lain?

A: (Enggak Jawab)

K: Dia pakai jilbab?

A: Pakai.

K: Ada perhiasan?

A: Enggak ada.

K: Kalung?

A: Kalung kalung enggak saya ambil.