Begini Cara Pembobol ATM Menguras Harta Korban
- istock
VIVA.co.id - Kepala Unit IV Subdit Reserse Mobile Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Teuku Arsya, mengatakan, para pelaku pembobol ATM dengan modus skimming mendapatkan data nasabah melalui website luar negeri.
Hal itu diungkapkannya karena korban pembobolan ATM ini bukan hanya nasabah Bank Indonesia, tetapi ada nasabah dari bank luar negeri.
"Itu kan dia pakai web luar negeri jadi kita masih lidik (selidiki--red), siapa yang menjual data-data nasabah kepada pelaku pembobolan ini," ujar Arsya ketika dihubungi VIVA.co.id. Selasa, 25 Agustus 2015.
Arsya menduga, kasus pembobolan ATM dengan modus skimming adalah jaringan internasional
"Karena kartu yang ada di pelaku tidak hanya data nasabah bank Indonesia, tapi ada nasabah bank luar negeri, jadi ini jaringan internasional. Kita menduga dia punya web mengumpulkan data ini dari seluruh negara," kata Arsya.
Dalam pengakuan tersangka, kata Arsya, mereka mendapatkan paket data para nasabah yang menjadi korbannya dari luar negeri. "Kita masih lidik dan cari siapa penjual di website tersebut," ungkapnya.
Arsya menjelaskan, pelaku E yang ditangkap beberapa hari lalu oleh Polda Metro Jaya membeli data nasabah yang disediakan di 3 website www.kanxxxx.com, www.valxxxxxx.su dan www.tonyxxxxxxx.cc.
Ketiga website tersebut menyediakan data-data nasabah bank lengkap dengan PIN ATM-nya berikut kartu ATM-nya. Ketiga website ini diketahui servernya berada di luar negeri.
"Data-data nasabah itu dia beli seharga USD300 (setara Rp4,2 juta) sampai USD700 (setara Rp9,8 juta)," kata Arsya.
Untuk bisa mengakses website tersebut, E harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Setelah registrasi, E harus berbincang dengan administrator sebelum melakukan pembelian data nasabah tersebut.
"Tersangka chatting menggunakan Bahasa Inggris di website tersebut, kemudian menanyakan cara-cara pembelian data nasabah," ungkapnya.
Untuk mendapatkan data nasabah itu, tersangka E harus mentransfer terlebih dahulu uang sekitar USD300-700 ke rekening bitcoin pemilik website. E nantinya bisa memilih data-data nasabah bank yang ada di Indonesia.
"Dia membeli 40 kartu ATM palsu. Tetapi, pada saat kita tangkap yang ada padanya hanya 27 kartu ATM saja," ujar dia.
Setelah transaksi selesai, pengelola website akan mengirimkan kartu ATM berikut nomor PIN via kantor pos ke alamat pembeli. Karena E saat itu masih mendekam di LP karena kasus kartu kredit, sehingga ia menyuruh temannya untuk mengambil kartu ATM di kantor pos yang dimaksud.
"Setelah ada kartu ATM-nya, dia menyuruh tersangka lain untuk menggunakannya pada saat itu juga. Karena kalau menunggu sampai berminggu-minggu bisa jadi kartunya tidak dapat digunakan atau saldo di rekening korban sudah habis," katanya.
Pemberian data nasabah dilakukan secara acak. E hanya bisa memilih data nasabah di bank mana yang ingin dia beli.
"Isi rekeningnya ya untung-untungan. Kalau ada yang besar, dia beruntung, tapi bisa saja ternyata isinya kosong juga ada. Kurang lebih gambling," ucap Arsya. (one)