Mengintip MOS Tanpa Kekerasan di Jakarta Pusat

Masa Orientasi Sekolah (MOS)
Sumber :
  • @tmcpoldametro

VIVA.co.id - Berbeda dengan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB), atau yang biasa dikenal dengan sebutan Masa Orientasi Sekolah(MOS) dengan MOS tahun- tahun sebelumnya.

Pada tahun ajaran ini, di SMA 3 PSKD Jakarta, Jalan Kwini 1, Senen Jakarta Pusat, para peserta didik baru tak lagi terlihat menggunakan atribut MOS yang cukup banyak. Di SMA ini, para peserta didik baru hanya terlihat menggunakan name tag dan kaos kaki berbeda warna.

Kedua atribut itupun ternyata tak harus digunakan dari rumah. Diketahui, atribut itu cukup digunakan ketika para peserta didik baru tiba di sekolah, kemudian dilepas lagi saat pulang sekolah.

"Tidak ada MOS yang berlebihan seperti tahun sebelumnya kak. Hal tersebut memang sudah lama dihilangkan di sekolah ini, apalagi sudah dilarang juga oleh pemerintah sekarang kak," kata  Matthew (17), ketua Osis SMA PSKD 3 Jakarta kepada VIVA.co.id, Rabu 29 Juli 2015.

Matthew menjelaskan, MOPDB di SMA 3 dimulai sejak hari Senin 27 Juli 2015. Para peserta MOPDB diharuskan tiba di sekolah sejak pukul 06.45 WIB pagi sebelum bel masuk sekolah berbunyi.

"Kegiatannya setiap pagi hanya upacara. Ada pelatihan baris berbaris(PBB), nanti juga mau ada talent show kak," katanya menambahkan.

Matthew mengatakan, tidak merasa kecewa karena tidak bisa menggelar MOPDB seperti yang dialaminya. Menurutnya, senioritas di dalam sekolah tidaklah penting, malah hanya akan menimbulkan perselisihan antar murid.

"Pas zaman saya masuk SMA MOS-nya tidak seperti ini, lebih banyak menggunakan atribut dan ada senioritas," katanya.

Sementara itu, berbeda dengan SMA 3 PSKD Jakarta, di SMKN 1 Jakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Boedoet (Budi Utomo) yang diketahui sebagai salah satu sekolah yang cukup fenomenal akan tindak kekerasan yang kerap dilakukan para muridnya.

Di sekolah itu terpantau tahun ini tidak melaksanakan MOPDB seperti tahun- tahun sebelumnya karena guru berperan penuh sebagai yang mengatur MOPDB.

Menurut Bakrie, Ketua Panitia MOPDB tahun 2015/2016 SMKN 1 Jakarta, tahun ini OSIS hanya membantu mengabsen saja di lapangan, selebihnya, seluruh kegiatan MOPDB dijalankan guru, bukan OSIS lagi.

Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, penyelenggara MOPDB haruslah guru bukan murid.

"Tahun lalu memang kolaborasi OSIS dan guru-guru. Tapi, tahun ini full guru yang menjalankan sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan pemerintah. OSIS ada membantu, tapi hanya bantu absen," kata Bakrie.

Bakrie menambahkan, murid-muridnya memang sempat bertanya kenapa di sekolahnya tidak boleh ada MOPDB, padahal di SMA lain masih banyak yang melibatkan muridnya dalam MOPDB.

Menanggapi hal tersebut, ia menjawab ingin menghilangkan citra masyarakat yang menilai bahwa SMKN 1 Jakarta adalah sekolah yang terkenal dengan tindak kekerasan yang kerap dilakukan muridnya.

"Memang ada murid saya yang bilang. 'Pak di SMA lain masih ada kok MOS yang pakai-pakai atribut, kenapa kita ngak sih Pak?'. Lalu saya jawab, yah biarin saja itu sekolah lain, sekolah kita harus jadi cermin untuk sekolah lain dong," katanya.