TransJakarta Operasikan 15 Bus Gandeng Buat Tutup Kekurangan
Kamis, 4 Juni 2015 - 00:31 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id - PT Transportasi Jakarta mengoperasikan sebanyak 15 unit bus gandeng sebagai armada untuk menutup kebutuhan bus di Koridor 5 dan Koridor 7.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Antonius Kosasih, mengatakan pengoperasian kelimabelas unit bus itu sebenarnya tidak bisa sepenuhnya menggantikan keberadaan 44 bus tunggal yang tidak dioperasikan akibat sopir PT Jakarta Mega Trans, operator bus di kedua koridor tersebut, melakukan aksi mogok bekerja.
"Bila ditanya apakah pelayanan masih terganggu, ya, saya katakan masih," ujar Kosasih di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 3 Juni 2015.
Pengoperasian 15 unit bus gandeng hanya setara dengan pengoperasian 30 unit bus tunggal. "Kita masih tekor 14 bus," ujarnya.
Namun, pengoperasian 15 unit bus gandeng yang sepenuhnya dilakukan PT Transportasi Jakarta itu adalah satu-satunya langkah antisipasi yang bisa dilakukan oleh perusahaannya untuk membuat pelayanan TransJakarta tetap berjalan.
Ia berharap PT JMT selaku perusahaan operator yang mengoperasikan bus tunggal di kedua koridor segera menyelesaikan masalahnya. Permasalahan yang kini terjadi di Koridor 5 dan Koridor 7, kata Kosasih, adalah murni permasalahan yang terjadi antara PT JMT dan para sopirnya.
Kosasih mengatakan, salah satu cara yang bisa ditempuh PT JMT untuk menyelesaikan masalah adalah menaikkan gaji para sopir hingga minimal satu kali UMP (Rp2,7 juta) sebelum perpanjangan kontrak operator dilakukan. PT Transportasi Jakarta telah memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer kepada PT JMT.
"Pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer itu sudah termasuk komponen gaji di dalamnya," ujar Kosasih.
Sebelumnya diberitakan, ratusan sopir TransJakarta jurusan PGC-Harmoni dan PGC-Ancol mogok bekerja sejak Senin, 1 Juni 2015. Aksi mereka membuat penumpang menumpuk di sepanjang halte di kedua koridor itu. Aksi itu masih terus berlanjut hingga hari ini akibat pihak manajemen perusahaan operator, tidak bisa memenuhi tuntutan sopir.
Baca Juga :
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Antonius Kosasih, mengatakan pengoperasian kelimabelas unit bus itu sebenarnya tidak bisa sepenuhnya menggantikan keberadaan 44 bus tunggal yang tidak dioperasikan akibat sopir PT Jakarta Mega Trans, operator bus di kedua koridor tersebut, melakukan aksi mogok bekerja.
"Bila ditanya apakah pelayanan masih terganggu, ya, saya katakan masih," ujar Kosasih di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 3 Juni 2015.
Pengoperasian 15 unit bus gandeng hanya setara dengan pengoperasian 30 unit bus tunggal. "Kita masih tekor 14 bus," ujarnya.
Namun, pengoperasian 15 unit bus gandeng yang sepenuhnya dilakukan PT Transportasi Jakarta itu adalah satu-satunya langkah antisipasi yang bisa dilakukan oleh perusahaannya untuk membuat pelayanan TransJakarta tetap berjalan.
Ia berharap PT JMT selaku perusahaan operator yang mengoperasikan bus tunggal di kedua koridor segera menyelesaikan masalahnya. Permasalahan yang kini terjadi di Koridor 5 dan Koridor 7, kata Kosasih, adalah murni permasalahan yang terjadi antara PT JMT dan para sopirnya.
Kosasih mengatakan, salah satu cara yang bisa ditempuh PT JMT untuk menyelesaikan masalah adalah menaikkan gaji para sopir hingga minimal satu kali UMP (Rp2,7 juta) sebelum perpanjangan kontrak operator dilakukan. PT Transportasi Jakarta telah memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer kepada PT JMT.
"Pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer itu sudah termasuk komponen gaji di dalamnya," ujar Kosasih.
Sebelumnya diberitakan, ratusan sopir TransJakarta jurusan PGC-Harmoni dan PGC-Ancol mogok bekerja sejak Senin, 1 Juni 2015. Aksi mereka membuat penumpang menumpuk di sepanjang halte di kedua koridor itu. Aksi itu masih terus berlanjut hingga hari ini akibat pihak manajemen perusahaan operator, tidak bisa memenuhi tuntutan sopir.