Kisah Tragis Tole, Brigadir yang Tembak Kepala

Olah TKP Meninggalnya Brigadir Wahyudi
Sumber :
  • kabar pagi-tvOne

VIVA.co.id - Anggota Polisi yang bunuh diri dengan cara menembakkan pistol di kepalanya, Brigadir Wahyudi, tercatat sudah 10 tahun menjadi polisi.

Kepala Bidang Propam Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Janner Pasaribu, mengatakan, Wahyudi diketahui lulus dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido pada tahun 2005.

"Dia tepatnya lulus di bulan Juli tahun 2005 itu," kata Janner, Senin 18 April 2015.

Namun, Janner tidak mengetahui, apa saja prestasi dan sumbangsih fenomenal yang pernah diberikan Wahyudi kepada kepolisian.

Tapi, apabila dilihat dari pangkatnya yang sudah mencapai Brigadir dalam rentang waktu 10 tahun, setidaknya Wahyudi tak pernah bermasalah dalam karirnya.

Semasa pendidikan di Sekolah Polisi Negara Lido (SPN) Lido, Wahyudi masuk di Kompi C. Dia kemudian lulus pada bulan Juli tahun 2005 atau disebut Lido 28.

Selanjutnya... Harapan Sang Ayah..



Harapan Sang Ayah

Dalam keluarganya, Brigadir Wahyudi adalah satu-satunya anak yang menjadi polisi.

Keinginan menjadi polisi adalah harapan dari almarhum sang ayah yang ingin salah seorang anaknya menjadi polisi.

Wahyudi lahir dari keluarga kecil pasangan Almarhum Samino dan Jumiyem (52). Dia anak sulung dari dua bersaudara. Mereka tinggal di Jalan Attahiriyah II, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ayahnya Samino tadinya bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya kerap usaha membuat makanan setiap tetangganya membuat acara.

Beberapa tetangga yang amat dekat dengan keluarga ini menceritakan, Samino memang ingin sekali ada keluarganya yang jadi polisi.

Bahkan Samino pernah mendorong adik bungsungnya untuk jadi polisi. Tapi kemudian gagal saat ikut tes.

Sampai akhirnya Samino meninggal, tak ada satupun keluarga Samino yang jadi polisi. Saat itu Wahyudi masih sekolah di SMAN 60 Jakarta.

"Itu pula yang bikin dia ingin jadi polisi (keinginan ayahnya)," ujar Listiyani (39), Bibi Wahyudi.

Karena itulah, saat ayahnya meninggal, minat Wahyudi jadi polisi makin tinggi. Apalagi saat itu ibunya harus membiayai kehidupan keluarganya sendiri. Padahal adik Wahyudi, Mira masih SD ketika itu.

Tahun 2004 Wahyudi lulus SMA. Dia memilih tak daftar kuliah, tapi lekas mendaftar Bintara Polri. Dia lolos seleksi. Keinginan ayahnya ada keluarganya yang jadi polisi pun tergenapi. Bahkan kini anaknya yang menggenapi keinginan itu.

Selanjutnya... Memiliki Panggilan Khas...


Memiliki Panggilan Khas

Brigadir Wahyudi mempunyai panggilan bernama Tole. Panggilan itu sudah sejak kecil melekat di dalam keluarga bahkan sampai Wahyudi menjadi seorang polisi dan di lingkungan temen se-profesinya.

Hal itu bisa terlihat saat melihat beberapa karangan bunga di rumah duka, di Jalan Attahiriyah II, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di sana ada dua karangan bunga yang menyebut Wahyudi dengan nama Tole.

Karangan bunga dari keluarga besar Lido 28 & Sepolwan 31. Serta karangan bunga dari Keluarga Besar Lido 28 Polresta Bandara Soekarno Hatta. Dua karangan bunga itu menyebut namanya Brigadir Wahyudi atau Tole.

"Wahyudi dari kecil ya dipanggil Tole. Dia kan orang Jawa. Semua om dan tantenya juga memanggil dia Tole," ujar Listiyani.

Sebelumnya, Wahyudi diketahui tewas bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri pada Jumat 15 Mei 2015 pukul 23.15 WIB. Dia melakukan itu saat bertamu di rumah pacarnya di Perumahan Citra Garden 2 Blok P5 No. 3 RT 07 / RW 12 Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.