Kisah Tangan Kanan Diponegoro dan Penampakan Ratu Kidul
- VIVA.co.id / Zahrul Darmawan
Konon, sosok misterius yang gencar meladeni kekejaman Belanda ini adalah orang kepercayaan (tangan kanan) Pangeran Diponegoro. Karena kedekatannya dengan pahlawan asal Yogyakarta itu, Danu Kusumoh pun sering dianggap sebagai Pangeran Diponegoro.
Jejak Danu Kusumoh dapat terlihat dari makamnya yang berada di area asrama Yonif 201 Jakarta, Gandaria Jakarta Timur. Lokasinya berbatasan langsung dengan wilayah Depok.
Di makam yang hanya ada satu-satunya di area asrama ini, dipercaya yang tertanam hanyalah tubuh Danu Kusumoh atau yang sering disebut Mbah Jawa. Sedangkan potongan kepalanya ada di kawasan Brimob, Kelapa Dua Depok.
Ya, Mbah Jawa juga dipercaya memiliki ajian mirip si Pitung, yakni ilmu rawa rontek. Selain kekuatan magis, warga sekitar juga percaya Mbah Jawa memiliki dua penjaga yakni kuda putih dan harimau putih.
Kokpa M. Sapuan (49), salah satu prajurit aktif Yonif 201 Jakarta, yang dipercaya sebagai pengurus makam mengatakan, keberadaan Mbah Jawa erat kaitannya dengan sosok Nyi Roro Kidul.
Menurut keyakinan Sapuan dan beberapa warga, konon penguasan Ratu Pantai Selatan itu kerap muncul di dekat makam pada malam satu suro (penanggalan Jawa kuno).
"Nah jika ada bunyi kereta Kencana itu artinya Ratu Kidul datang. Gerbang masuknya lewat Situ Tipar, situ (danau) yang lokasi tidak jauh dari sini. Iya, Situ Tipar masuk wilayah Cimanggis Depok. Anda akan bisa melihat gerbang gaib di situ itu jika menggunakan mata batin," ucap Sapuan.
Bambu naga
Kaitan Ratu Pantai Selatan dengan Mbah Jawa diidentikan dengan asal keberadaan mereka yang sama-sama dari Yogyakarta.
"Entah lah, mungkin iya juga. Yang jelas, bukan hanya saya, ada beberapa warga di sini yang pernah melihat sosok Ratu Pantai Selatan di sekitar asrama Yonif ini," kata Sapuan.
Yang jelas, kata Sapuan, Mbah Jawa memang kerap dikaitkan dengan sosok pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro. Selain karena Kesaktiannya, konon menurut hasil penerawangan Sapuan, Mbah Jawa juga memiliki kemiripan fisik dengan Pangeran Diponegoro.
"Persis, berdasarkan hasil petunjuk yang saya dapat dengan mata batin dan mimpi-mimpi yang saya alami, sosok sama persis dengan Pangeran Diponegoro. Sama-sama pakai sorban. Nah, salah satu hasil penerawangan saya ya bambu naga ini. Bambu ini saya dapat secara tak sengaja di antara bambu-bambu lain. Bambu ini saya yakini memiliki kekuatan mistis yang cukup dahsyat," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan sumber VIVA.co.id, nama asli Pangeran Diponegoro adalah Raden Mas Ontowiryo. Beliau termasuk garis keturunan Sultan Hamengkubuwono III.
Ketika sultan ingin mengangkatnya menjadi raja, beliau menolak dan memilih meninggalkan keraton. Hal ini disebabkan beliau merasa tidak berhak sebagai anak dari seorang selir, bukan permaisuri.
Diponegoro juga lebih tertarik pada kehidupan religius dan merakyat sehingga lebih suka tinggal di Tegalrejo, kediaman nenek buyutnya, Ratu Ageng Tegalrejo, permaisuri HB I.
Lebih dari itu, Pangeran Diponegoro juga tidak suka akan campur tangan Belanda yang terlalu besar dalam keraton. Puncak kemarahan Diponegoro muncul ketika Belanda hendak menggusur makam leluhurnya untuk membuat jalan.
Sikap Belanda yang seenaknya tanpa menghargai budaya dan tradisi masyarakat setempat, ditambah penerapan pajak yang tinggi terhadap rakyat membuat Pangeran Diponegoro bangkit mengangkat senjata.
Perang tersebut kemudian terkenal dengan nama Perang Diponegoro. Perang ini dimulai pada tanggal 20 Juni 1825 dan berlangsung selama lima tahun yang tercatat sebagai salah satu perang terberat yang dihadapi Belanda.
![vivamore="Baca Juga :"]
[/vivamore]