Misteri Air Mata dan Tangisan di Museum Taman Prasasti (1)

Museum Taman Prasasti, Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat.
Sumber :
  • Dody Handoko

VIVA.co.id - Kurang lebih 288 tahun lalu di kawasan Jacatra Weg atau sekarang dikenal dengan nama Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta, dilakukan hukuman mati untuk seseorang yang dicap sebagai pemberontak oleh pemerintahan Batavia. Pelaksaan hukuman mati itu dilakukan di dekat Gereja Portugis “Sion”.

Kini tempat itu dikenal dengan nama pecah kulit. Peristiwa itu diabadikan dengan prasasti yang dihias tengkorak yang tertancap pedang. Inilah prasasti Pieter Erbelrveld, seorang campuran Jerman dan Thailand yang membenci orang-orang Belanda.

Prasasti itu kini tersimpan di Museum Taman Prasasti, Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat. Tengkorak manusia yang tadinya asli telah diganti dengan tiruan. Konon ceritanya, meski tengkoraknya tidak asli, kerap muncul keanehan. Kadang pengunjung museum menyaksikan tengkorak itu mengeluarkan airmata.

Pada malam hari, penjaga museum pernah mendengar suara orang menangis. Setelah ditelusuri, asal suaranya berasal dari prasasti Pieter Erbeveld. Karena penasaran penjaga itu menuju prasasti.
Awalnya suara tangisan itu terdengar kencang, namun begitu mendekati prasasti suara tangisan lenyap begitu saja.

Pieter Erberveld seorang warga Batavia berdarah Indo-Jerman. Ayahnya merupakan penyamak kulit berdarah Jerman. Sedangkan ibunya berasal dari Negeri Siam. (Historical Sites Of Jakarta; Adolf Heuken).

Sedangkan dalam bukunya Betawi Queen Of East, Alwi Shahab menyebutkan ibu Pieter Erberveld berasal dari Jawa.
 
Erberveld menikah dengan wanita Siam. Dari perkawinannya itu lahir seorang putera bernama Pieter. Setelah besar ia bernama Pieter Erberveld. Pieter Erberveld menikah dengan wanita Betawi. Ketika ayahnya meninggal, Pieter melanjutkan usaha penyamakan kulit. Ia mempunyai 12 orang buruh.  Kepala buruh bernama Ateng Kartadria.

Pada suatu hari Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanpa alasan yang sah menyita tanah-tanah Pieter Erberveld. Erberveld marah. Bersama Ateng Kartadria ia merencanakan pemberontakan. Pemberontakan itu akan dikobarkan pada malam tahun baru 1 Januari 1721.

Rencana Pieter dapat diketahui Belanda. Pieter, Ateng Kartadria, dan pengikut-pengikutnya ditangkap. Di hadapan majelis hakim Pieter membantah tuduhan memberontak. Namun majelis hakim menghukum Pieter dengan hukuman gantung kepala. Begitu juga terhadap Ateng Kartadria dan pengikut-pengikutnya.

Sebuah laporan resmi yang diterbitkan intelejen kolonial menyebutkan, Pieter Erberverld dengan dukungan dari kesultanan Banten, Raden Kartadirya serta seorang pemuda Sumbawa bernama Layek telah merencanakan pemberontakan besar-besaran terhadap penguasa Belanda kala itu di Batavia. Pieter dan pengikutnya berencana membunuh seluruh warga Belanda di Batavia.

Dari banyak museum di Jakarta, Museum Taman Prasasti memiliki keunikan sendiri. Museum ini menyimpan begitu banyak kisah kematian para tokoh penting dari berbagai periode sejarah yang berbeda.

Museum ini memang dikhususkan untuk menyimpan berbagai macam batu nisan dan prasasti yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Diresmikan pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Semula Museum Taman Prasasti adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh.

Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandse Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk.

Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja. (ren)

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]