Mengenal Tangkiwood, Kampung Artis Jadul
- Dody Handoko
VIVA.co.id - Siapa sangka, Tangkiwood, kawasan yang berada di belakang pertokoan dan taman hiburan Lokasari , Jakarta Barat, dulunya adalah kampung artis. Daerah ini masuk ke dalam Kelurahan Tangki, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Lokasi ini dapat dicapai dari Monas ke arah Kota, lalu menuju ke arah Mangga Besar.
Tahun 1940-an sampai 1950-an, kawasan Tangki banyak ditinggali sejumlah artis terkenal. Ada Wolly Sutinah atau biasa dipanggil Mak Uwok, ada Pak Item atau Tan Tjen Bok, Ibu Supi, Fifi Young, Laelasari , M. Bissu, H. Misbach Jusa Biran, Mak Wok, Netty Herawati, Bing Slamet, Eddy Sud, Ateng, Iskak, dan masih banyak lainnya. Bahkan musisi senior Idris Sardi juga lahir dan dibesarkan di Tangkiwood.
Satu di antara artis yang legendaris adalah Tan Tjeng Bok. Selama lebih dari tiga dekade nama Tan Tjeng Bok terkenal di dunia perfilman Indonesia, terutama pada era 70-an. Meski sebetulnya karir aktingnya sudah dimulai sejak Indonesia belum merdeka dengan torehan tiga film pada tahun 1941. Bagi penggemar film, sandirwara, serial tv, Tan Tjeng Bok bukan saja dikenal jenaka. Dialah salah satu aktor tiga zaman yang pernah dimiliki Indonesia.
Kondisi Tangkiwood sekarang memang terbilang sumpek dan padat. Antara satu blok dengan blok lainnya dipisahkan oleh gang sempit yang berkelok-kelok. Sudut-sudut di wilayah ini terdapat rumah-rumah semi permanen yang terkesan asal dibangun. Padahal dulu daerah ini tempat tinggal para artis.
Tangkiwood pada 1950-an dikenal dengan nama Jalan Kali Beton dan masih masuk wilayah Kelurahan Kebon Jeruk.
Dulu di kawasan Tangki Wood terdapat hutan yang kerap dijadikan lokasi syuting film. Komunitas insan film lantas sepakat untuk menobatkan kawasan Jalan Kali Beton menjadi ‘Tangki Wood’ pada tahun 1960-an.
Warga kampung Tangki ini pernah ikutan main film seperti si Pitung dan Panji Tengkorag. Dulu di seberang Jalan Mangga Besar Raya terdapat dua perusahaan film. Kawasan ini akan dijadikan sebagai pusat industri film dan hunian para insan film maka dinobatkanlah, Tangki Wood layaknya Hollywood.
Menurut sejarawan Betawi Ridwan Saidi dalam buku 'Robinhood Betawi', penamaan Tangkiwood merupakan plesetan yang dibuat pelawak Alm. Bing Slamet. Karena banyak artis papan atas yang tinggal di sana. Bing Slamet menambahkan nama 'Wood' supaya 'enggak kalah' keren dari nama 'Hollywood'.
Label ‘Tangki Wood’ untuk kawasan yang kala itu masih dikelilingi perairan dengan jalur anak sungai muara Jakarta itu didukung dengan kehadiran lokasi tempat hiburan rakyat NV Broven Handels Matscapay Princes Park (THR Lokasari-sekarang), di mana tempat itu merupakan arena hiburan sekaligus pentas panggung para artis komunitas Tangki Wood, seperti pergelaran tradisional lenong, tari topeng, laes (akrobatik), dan layar hidup pemutaran film di alam terbuka.
THR (Lokasari), sebuah kawasan hiburan untuk orang-orang Belanda zaman dulu. Di tahun 30-an Princen Park merupakan tempat hiburan yang cukup favorit. Di sana terdapat bioskop, gedung pertunjukan sandiwara, restoran, dan sejumlah pub atau bar.
Di lokasi itu juga sudah ada penginapan dan bar, yang kala itu banyak dikunjungi tentara Jepang, Belanda, dan Inggris sehingga tidak pernah sepi dari pengunjung. Karena pusat hiburan kala itu hanya ada di NV Broven Handels Matscapay Princes Park ini.
Baca juga:
Laporan: Dody Handoko