Klinik Tempat Selebgram Ella Nanda Operasi Sedot Lemak Hingga Meninggal Jelaskan Kronologinya

Kuasa hukum WSJ Clinic, Rikardo Siahaan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Depok – Kronologi kematian selebgram asal Medan, Ella Nanda diungkap oleh pihak klinik. Ibu satu anak itu diketahui menjalani operasi sedot lemak di WSJ Clinic yang terletak di Jalan Ridwan Rais, Beji, Kota Depok pada Senin siang 22 Juli 2024. Ella melakukan sedot lemak di kedua lengan.

Ella melakukan reservasi dengan admin klinik dan dijadwalkan menjalani tindakan pada Senin itu. Ella diketahui terbang dari Medan menuju Depok pada Senin itu juga dan tiba di klinik sekitar pukul 11.00 WIB. Ella dijemput sopir taksi online dari bandara menuju klinik. Saat itu, Ella datang sendiri dari Medan menuju Depok.

“Terus dia janjian lah itu pada tanggal 22 Juli hari Senin. Beliau sampai di klinik sekitar sekitar jam 11.00 WIB, menunggu dulu diperiksa dulu sesuai prosedur yang ada dan administrasi,” kata kuasa hukum WSJ Clinic, Rikardo Siahaan, Senin 29 Juli 2024.

Sekitar 1,5 jam kemudian, Ella baru menjalani tindakan. Pukul 12.30 WIB sedot lemak mulai dilakukan. Pada proses awal di satu lengan, sedot lemak berjalan lancar. Ella juga sempat mendokumentasikan lengan yang sudah selesai dioperasi. Tiba-tiba ketika hendak dilakukan di lengan kedua, kondisi kesadaran Ella menurun. Dia mengigau dan mengalami kejang-kejang.

“Pas pengambilan sedot lemak (kedua) ini tiba-tiba itu ibu Ella pingsan, ada kejang. Habis itu dokternya langsung inisiatif untuk infus,” ungkapnya.

Namun ketika dokter hendak memasukkan jarum infus, tiba-tiba pembuluh darah Ella pecah. Dokter kemudian mencari di bagian lain namun kembali terjadi pecah pembuluh darah.

Melihat kondisi Ella memburuk, pihak klinik langsung melarikan korban ke rumah sakit di Jalan Margonda. Ella dirujuk ke rumah sakit sekitar pukul 15.30 WIB dengan kondisi masih bernyawa. Sayangnya, saat tiba di rumah sakit dan diperiksa dokter menyatakan Ella sudah dinyatakan meninggal dunia.

“Pas mau diinfus itu dicari tiba-tiba pembuluh darahnya pecah. Jadi mau diinfus lagi yang kedua, nggak bisa juga, pecah juga. Pas kejadian seperti itu, langsung dirujuk ke rumah sakit yang ada di Margonda. Kondisi ibu Ella itu ya masih ada (bernyawa). Sampai di rumah sakit pas diperiksa matanya, ibu Ella sudah tidak ada (meninggal),” bebernya.

“Dari klinik itu dia masih ada (bernyawa), di perjalanan itu masih ada (bernyawa),”.

Mengenai pemicu terjadinya kejang dan penurunan kesadaran, Rikardo megaku tidak paham. Dikatakan, hal itu hanya diketahui oleh dokter.

“Kalau pemicunya itu kan saya nggak tahu apa-apa, itu kan saya nggak ngerti, medis lah yang ngerti kenapa dia bisa kejang, pecah pembuluh darahnya. Jadi saya kurang paham menjelaskannya,” katanya.

Dia menduga Ella memberikan informasi yang tidak jujur sebelum menjalani operasi. Prosedur yang harus ditempuh adalah pasien harus melengkapi syarat administrasi istirahat dua hari sebelum tindakan.

“Ada yang tidak jujur dari Bu Ella. Tidak jujurnya itu (terungkap) setelah kejadian tersebut. Jadi kebetulan kan Ibu Ella itu kan sudah ada sopir (taksi onine) langganan. Terus pas sudah tanya sopirnya kan sopirnya nanya ke kita ini gimana ini kenapa customer saya. Pas dia ngelihat ya kita ceritakanlah, tiba-tiba sopirnya itu ngasih tahu 'oh iya pak, Bu Ella itu baru nyampe hari ini', hari itu juga. Padahal sebelumnya dia (Ella) mengatakan ke admin bahwa dia di Jakarta sudah dua hari,” jelasnya.

Sedangkan menurut dia, prosedur yang harusnya dilakukan adalah ada waktu istirahat. Tetapi ternyata korban baru sampai dan langsung ke klinik tersebut. Sedangkan pemberitahuan ke klinik berbeda.

“Padahal kalau kita secara prosedur kalau ada yang ingin melakukan sedot lemak itu ya wajib minimal harus ada istirahat satu hari gitu. Karena bilang tadi sudah dua hari di Jakarta ya kita ya ini (percaya) aja lah, berarti dia kan sudah istirahat,” pungkasnya.