Pemkot Bogor Investigasi Penyebab Keracunan Massal yang Akibatkan 1 Orang Meninggal
- VIVA.co.id/Muhammad AR (Bogor)
Bogor – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menetapkan peristiwa keracunan di Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) lantaran banyak warga yang mengalami keracunan usai memakan nasi box. Tercatat 93 warga mengalami keracunan, satu di antaranya meninggal dunia.
Dengan ditetapkan KLB, prosedur penanganan disesuaikan dan biaya penanganan maupun perawatan pasien ditanggung Pemkot Bogor.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah didampingi Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno secara langsung melihat dan mengecek kondisi para pasien yang tengah dirawat di Rumah Sakit Juliana, Jalan Raya Tajur, Kota Bogor.
Mereka yang mengalami keracunan memiliki gejala secara umum sama berupa mual, pusing dan perut mengalami diare.
Syarifah menjelaskan karena ditetapkan KLB maka penanganan harus intensif, harus cepat, fasilitas ambulans, petugas harus tersedia.
“Intinya sarana prasarana pendukung, SDM, obat-obatan harus ada dan tersedia. Kalau fasilitas dan petugasnya kurang, tambahkan dari puskesmas lain. Kalau obat-obatan kurang, koordinasi dan kita cari," ujar Syarifah.
"Jadi, penanganannya tidak skala puskesmas tapi skala kota. Untuk penanganan korban datang ke puskesmas, setelah dilihat dan diperiksa, jika perlu perawatan lebih lanjut maka puskesmas memberikan rujukan ke rumah sakit,” katanya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor sedang melakukan investigasi penyebab warga yang keracunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para keluarga, dugaan sementara keracunan disebabkan menyantap nasi box dimana bumbu pada telur sudah mulai basi karena rasanya sudah asam.
Namun untuk memastikan secara medis Dinkes akan melakukan pemeriksaan laboratorium di BBLK Jakarta. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan muntahan, feses dan sisa makanan para korban untuk mengetahui penyebab keracunan yang sampai menimbulkan korban jiwa.
“Kalau secara organoleptik, secara fisik yang terlihat telur pada bumbu, tapi untuk melihat bakteri dan sebagainya, sedang diperiksa laboratorium,” kata Syarifah.
Selain penyebab, informasi yang didapat Syarifah ada 85 box yang dibagikan dan sisanya dibuat rantang untuk dibagi, makanan yang diberikan, telah dimasak satu hari sebelum kejadian yaitu jumat malam.
Saat ini para korban masih dalam penanganan medis lebih lanjut. Para korban pun dari berbagai macam usia. Namun demikian mayoritas korban ada di usia 20 sampai 40 tahun dan 5 pasien anak.
“Tadi empat pasien kita rujuk ke rumah sakit karena kondisinya mengalami dehidrasi berat setelah dilakukan pengecekan dan juga IKG. Kalau masih bisa ditangani puskesmas berupa gejala ringan dan sedang maka ditangani puskesmas," ucap Syarifah.
"Hari ini ada pasien baru sebanyak 19 orang dengan 4 dirujuk ke rumah sakit, mayoritas pasien 20 sampai 44 tahun, hari ini ada 5 pasien anak. Dari jumlah tersebut sebagian besar sudah keluar dari rumah sakit, mudah-mudahan tidak ada penambahan lagi. Kita tidak mau kecolongan seperti yang kemarin,” katanya.
Banyaknya korban, lanjut Syarifah, disebabkan nasi box yang didapat dibawa pulang untuk kemudian dinikmati bersama anak, istri dan keluarga sehingga jumlah korban melebihi dari jumlah nasi box yang dibuat.
Berdasarkan data dan perunutan kronologi kejadian, ada yang sudah muntah setelah satu jam mengonsumsi makanan tersebut, ada yang sehari setelahnya, ada juga yang beberapa terasa pusing, muntah dan diare. Tergantung daya tahannya karena berdasarkan keterangan keluarga korban, ada juga salah satu anggotanya yang tidak keracunan ketika ikut memakan bagian kuning telur.
“Khusus untuk 1 korban jiwa, laki-laki berusia 29 tahun. Kita tetap periksa apakah faktor keracunannya atau memiliki penyakit penyerta. Mudah-mudahan para korban yang masih dalam proses perawatan segera sembuh dan bisa kembali ke keluarganya,” kata Syarifah.