Begini Bantahan Lengkap Rektor Nonaktif UP usai Dituding Lakukan Pelecehan Seksual

Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) Edie Toet Hendratno (ETH)
Sumber :
  • Antara

JakartaRektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) Edie Toet Hendratno (ETH) turut membatah terkait adanya tudingan bahwa dirinya diduga melakukan pelecehan seksual kepada karyawan di kampus UP. Ia menyebut tudingan tersebut telah manjatuhkan nama baik hingga martabat keluarganya sendiri.

Adapun, bantahan Edie Toet usai dituding melakukan dugaan pelecehan seksual.

1. Malu Karena Dituding Lakukan Pelecehan

Edie Toet mengaku malu usai dituding telah melakukan dugaan pelecehan seksual. Rasa malu tersebut dirasakan Edie Toet, karena pertama kalinya hal itu dirasakan ketika dirinya telah mengemban pengabdiannya di dunia pendidikan, khususnya di kampus UP.

Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) Edie Toet Hendratno (ETH)

Photo :
  • VIVA.co.id/Zendy Pradana

"Mungkin bapak dan ibu enggak bisa menggambarkan kesedihan saya, malu saya, dan sedih saya. Karena apa? Selama saya mengabdi di dunia pendidikan, baru sekali ini saya dihina," ujar Edie dikutip pada Jumat, 1 Maret 2024.

Edie juga menyebut bahwa peristiwa yang menimpa dirinya tidak pernah terpikirkan sedikit pun. Bahkan, saat ini nama baik Edie tengah dipertaruhkan karena dituding melakukan pelecehan seksual.

"Nama baik saya dipertaruhkan. Bukan nama baik saya yang hancur, prestasi loyalitas saya tiba-tiba harus lenyap," tuturnya.

2. Upaya Pembunuhan Karakter 13 Tahun jadi Rektor

Edie menyebut perihal dugaan pelecehan yang dituduhkan kepada dirinya itu adalah pembunuhan karakter selama dirinya menjabat sebagai pimpinan sebuah kampus.

"Padahal, seorang dosen atau guru itu orang yang betul menjaga etika dan budi. Saya sangat malu di depan semua orang. Makanya saya pakai topi. Selama 2 bulan ini saya mendapat hinaan, cercaan, tuduhan yang sangat tidak beretika dan itu tidak saya lakukan sama sekali," ujarnya.

Maka itu, Edie mengklaim pembunuhan karakter untuk dirinya saat ini memang sangat tepat. Sebab, kata dia, di UP akan melangsungkan pemilihan rektor yang baru.

"Pemilihan rektor sebetulnya bagi saya biasa-biasa saja. Di Pancasila, saya sudah 13 tahun jadi rektor. Kurang apa coba? Jarang-jarang ada rektor 13 tahun. Sebelum Rektor Pancasila, saya 4 tahun Warek (Wakil Rektor) di UI," tegasnya.

3. Klaim Tidak Ada Bukti dan Saksi Mendasar

Edie Toet Hendratno (ETH) mengatakan sudah rampung menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya sebagai saksi, dari terlapor soal dugaan pelecehan seksual terhadap karyawannya di Kampus UP. Ia mengklaim tak ada bukti mendasar soal tudingan itu.

"Tadi pagi kami diundang oleh Polda untuk menjelaskan ceritanya bagaimana, dan saya ditemani oleh penasihat hukum saya. Dari situ saya bisa menilai karena saya juga sarjana hukum, saya tahu yang dituduhkan itu tidak mendasar," ujar Edie di Hotel Artotel, Setiabudi, Jakarta Selatan pada Kamis, 29 Februari 2024.

Edie mengklaim bahwa tidak ada saksi, tapi justru tiba-tiba ada sebuah laporan dugaan pelecehan seksual. 

"Tidak ada bukti, tidak ada saksi tapi berani-beraninya dia gugat saya. Jadi dunia memang aneh, saya punya dosa apa kok begitu," ungkapnya.

4. Ada Upaya Politisasi

Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP), Edie Toet Hendratno (ETH) berdalih kasus dugaan pelecehan seksual yang dituduhkan kepadanya adalah bentuk politisasi berkaitan dengan agenda pemilihan Rektor UP pada Maret 2024 mendatang.

"Beliau ini rektor yang berprestasi, prestasinya diakui dan kami yakini bahwa tidak akan ada LP yang dilayangkan apabila tidak ada proses pemilihan rektor. Jadi, ini kental sekali karena ada pemilihan rektor di bulan Maret, ada pelaporan sehingga mendiskreditkan klien kami," kata Faizal Hafied selaku kuasa hukum pada Kamis, 29 Februari 2024.

Dirinya menuding laporan terhadap kliennya adalah bentuk pembunuhan karakter bagi Edie Toet. Faizal menyinggung prestasi Edie Toet yang moncer.

"Ini merupakan juga pembunuhan karakter bagi klien kami, yang seharusnya klien kami dengan prestasinya masih bisa melanjutkan untuk proses selanjutnya," ujar dia.

Lebih lanjut dia menegaskan kalau kliennya tidak melakukan pelecehan seksual terhadap RZ dan DD. Dirinya meminta RZ dan DD tidak ikut terpolitisasi.

"Mudah-mudahan kami mengimbau untuk yang melaporkan segera sadar, karena ini sudah lama sekali. Jangan sampai ini menjadi proses yang sangat politis, berkaitan dengan pemilihan rektor. Seandainya tidak ada pemilihan rektor pada Maret ini, diyakini tidak ada laporan-laporan polisi terhadap klien kami," kata dia.

5. Bakal Lakukan Upaya Hukum

Sementara ikuasa hukum ETH, Faizal Hafied tengah mempersiapkan langkah hukum lain untuk pihak yang melaporkan dugaan pelecehan seksual itu. Sebab, klaim klien Faizal, tidak ada bukti yang mendasar.

"Kami sedang mempersiapkan semuanya dan kami akan melakukan upaya hukum untuk membela kepentingan kami," kata Faizal.

Ia menjelaskan bahwa upaya hukum yang sedang disiapkan demi membela kepentingan pribadi martabat kliennya selaku guru besar.

"Melakukan langkah-langkah hukum lain terhadap hal ini untuk membela kepentingan klien kami, apa yang kami lakukan mungkin bisa ditunggu beberapa hari kedepan," tukasnya.