Kasus Penganiayaan Anak Kombes di PTIK, Pelatih hingga Kakak Korban Diperiksa

Ilustrasi penganiayaan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/bykst

VIVA Metro – Polisi memeriksa sejumlah saksi terkait dengan kasus penganiayaan terhadap FB (16) yang diduga dilakukan anak petinggi Polri berinisial RC (19). Peristiwa penganiayaan tersebut terjadi pada Sabtu, 12 November 2022 lalu.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Irwandhy Idrus mengatakan, saksi yang diperiksa terdiri dari pelatih hingga kakak dari korban.

"Hari ini kakak korban lagi diperiksa, pelatih dua orang yang dimintai klarifikasi. Intinya kami sudah melakukan pemeriksaan awal klarifikasi terhadap pelapor, korban, dua pelatih dan asisten pelatih," ujar Irwandhy saat dihubungi wartawan, Kamis, 17 November 2022.

Irwandhy mengatakan, pihaknya masih mendalami unsur-unsur terkait dugaan penganiayaan tersebut. Pihaknya pun berencana untuk mengecek lokasi kejadian penganiayaan yang diduga dilakukan anak petinggi Polri.

"Kami belum ke arah sana, kami periksa saksi-saksi dulu untuk mendapatkan peristiwa secara utuh. Setelah itu kami cek TKP dan kita pendalaman di TKP dan saksi lainnya untuk membuat utuh peristiwanya," ujarnya.

Ibu pemuda yang dipukul di PTIK, Yusna.

Photo :
  • VIVA/ Foe Peace Simbolon.

Sebelumnya diberitakan, pemuda berinisial FB (16) diduga dipukul di kawasan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, oleh pria berinisial RC (19) yang mengklaim anak petinggi Polri.

Ibu korban, Yusna, mengatakan kejadian itu terjadi Sabtu, 12 November 2022. Kejadian ini sudah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan. Laporan diterima dengan nomor LP/3596/XI/2022/RJS, Sabtu 12 November 2022.

"Tiba-tiba anak saya pulang ke rumah terus dia lapor kalau dia dipukul sama salah satu anak petinggi polisi. Tempat kejadiannya itu di PTIK," kata dia di Markas Polda Metro Jaya, Selasa, 15 November 2022.

Yusna menjelaskan kejadian berawal ketika korban dituding menyembunyikan topi milik terduga pelaku (RC). Korban (FB) dan pelaku sama-sama mengikuti pelatihan calon akpol di PTIK. Menurut Yusna, pemukulan terjadi di depan pelatih keduanya.

Korban malah diminta meminta maaf ke pelaku. Anaknya lantas menuruti. Tapi, setelah itu anaknya dapat ancaman dari pelaku.

Lebih lanjut, Yusna menyebut selain kekerasan fisik dan mengancam anaknya, pelaku selalu mengungkit jabatan ayahnya di Korps Bhayangkara. Ayah pelaku merupakan petinggi di Polda Kalimantan Utara.

"Karena di mana-mana dia membuat masalah, dia selalu membawa nama anak kombes ‘Saya ini anak kombes’. (Ayah pelaku) Irwasda Polda Kaltara," katanya lagi.