Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol, Ini Bahaya yang Mengintai
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Peneliti Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Zainal Arifin mengungkapkan dampak pencemaran parasetamol konsentrasi tinggi dengan paparan jangka panjang dapat meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan terhadap perkembangan organisme laut di Teluk Jakarta.
"Paparan jangka panjang dengan konsentrasi rendah dan tinggi menyebabkan gangguan reproduksi dalam hal ini gonad (fungsi reproduksi) pada jenis kerang biru," kata Zainal dalam diskusi virtual yang diselenggarakan BRIN di Jakarta, Senin, 4 Oktober 2021.
Sementara itu, para peniliti belum mengetahui lebih lanjut apa dampak langsung pencemaran parasetamol di lingkungan perairan terhadap manusia. Menurut Zainal, untuk mengetahui dampak itu membutuhkan penelitian.
"Apakah berpengaruh kepada manusia? Belum tahu, mungkin sangat kecil pengaruhnya," ujar Zainal.
Adapun dampak pencemaran parasetamol bagi biota laut seperti kerang, telah digunakan secara intensif di seluruh dunia untuk memantau pencemaran laut, karena kerang hidup menetap. Kerang, katanya, adalah organisme indikator yang sangat baik untuk pemantauan lingkungan.
Riset berbasis eksperimen di laboratorium tersebut mencari tahu dampak pemaparan parasetamol terhadap kerang biru Mytilus edulis yang dikumpulkan dari satu populasi yang terletak di Hove Beach, East Sussex, Inggris.
Hanya kerang dengan panjang antara 30 dan 50 milimeter yang digunakan dalam eksperimen pemaparan parasetamol selama 24 hari. Kerang diberikan tiga perlakuan dengan konsentrasi parasetamol yang berbeda-beda yakni 40 nanogram per liter (ng/L), 250 ng/L, dan 100.000 ng/L.
Salah satu hasil penelitian menunjukkan pemaparan parasetamol telah menyebabkan atresia atau gangguan jaringan gonad sebagai organ reproduksi pada kerang. Oleh karena itu, pencemaran parasetamol terhadap lingkungan laut dapat memberikan dampak gangguan reproduksi pada kerang.
Peneliti Oseanografi BRIN Dr Wulan Koagouw menambahkan butuh penelitian lebih lanjut untuk mengungkap dampak limbah farmasi terhadap lingkungan, termasuk potensi bahaya parasetamol atau produk farmasi lainnya pada biota-biota laut.
"Penelitian mengenai dampak limbah farmasi ke lingkungan itu juga akan menjadi hot topic yang sangat bisa kita eksplor ke depannya, dan saya sangat bersedia untuk bisa berkolaborasi dengan siapa saja yang ingin mengeksplor topik ini," kata Wulan
Wulan bersama rekannya Zainal Arifin yang merupakan peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN, serta George WJ Olivier dan Corina Ciocan yang berasal dari Universitas Brighton di Inggris melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada sisa parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut.
Hasil studi pendahuluan yang dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia itu menunjukkan antara lain muara sungai Angke dan muara sungai Ciliwung Ancol di Teluk Jakarta tercemar parasetamol dengan konsentrasi tinggi.
Hasil penelitian yang dapat diakses di laman sciencedirect.com itu merupakan studi pertama yang melaporkan parasetamol (acetaminophen) di perairan pesisir Indonesia, sehingga masih perlu penelitian lanjutan.
"Penelitian ini sendiri baru penelitian awal, akan sangat baik apabila kita eksplor dengan titik yang lebih banyak dengan lokasi yang lebih banyak dengan frekuensi pengambilan sampel yang lebih banyak sehingga kita bisa dapat data yang lebih valid," ujar Wulan.