Bantah Polemik Pemilihan Ketua OSIS Gara-gara Agama, Ini Versi Sekolah
- Dokumen SMAN 3 Yogyakarta
VIVA – Pihak SMA Negeri 6 Depok, Jawa Barat membantah jika polemik pemilihan calon Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) terkait dengan persoalan agama. Kasus ini menjadi sorotan banyak pihak setelah kandidat berinisial EC mengundurkan diri dan pernyataannya viral di media sosial.
“Itu menurut saya pemikiran pribadi dia. Tapi kalau dari sekolah tidak ada statement apapun,” Kata Kepala Seksi Acara Panitia Pemilihan Ketua OSIS SMAN 6 Depok, Setyowati dikutip pada Sabtu 14 November 2020
Ia menjelaskan, proses pemilihan Ketua OSIS melalui mekanisme yang cukup panjang. Pada tahun lalu, pihaknya menggunakan sistem aplikasi tetapi luar jaringan atau luring.
“Menggunakan aplikasi tetapi kan siswa di sekolah jadi pembagian username dan password itu on the spot ketika anak-anak masuk ke ruang pemilihan, jadi terjamin kerahasiaannya," ujarnya.
Tahun ini, dalam situasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), pihak sekolah agak kesulitan ketika akan mengadakan pemilihan luring walaupun menggunakan aplikasi. “Akhirnya kita pakai daring murni,” ujar Setyowati
Namun ternyata, kelemahannya ada pada kontrol pengawasan.
“Di situ kurang kuat, itu aplikasinya menggunakan aplikasi si anak ekskul it class. Itu (aplikasi) belum diuji coba dan belum divalidasi,” jelasnya
Terkait hal itu, pihaknya sempat meminta waktu selama sepakan sebelumnya untuk divalidasi dan dicari kemungkinan kebocoran atau kelemahan dan sebagainya. “Tetapi anak-anak itu baru menyerahkan aplikasi ke operator sekolah itu H min satu,” ujarnya
Akhirnya terpaksa aplikasi itu dipakai. Berikutnya saat hari pemilihan pada 10 November, tepatnya pukul 13:00 WIB username dan password-nya belum dibagi.
“Karena anak-anak panitia OSIS ini panik, mereka langsung share username dan password secara terbuka. Semua dibagi langsung kelas 10, 11, 12," ungkap Setyowati
Jadi, lanjut Setyowati, semua orang tahu username dan password orang lain, termasuk bapak dan ibu guru.
“Yang terjadi ketika aplikasi itu kita pakai dan kita login itu banyak yang tidak bisa masuk, banyak trouble sampai beberapa kali ganti username dan password bapak ibu guru juga, termasuk saya juga beberapa kali tidak bisa masuk juga,” katanya
Akhirnya, ada laporan bahwa salah satu guru tidak bisa login atau masuk, padahal sudah ganti tiga device. “Tetapi ketika saya tanya ke admin, server itu dipegang anak-anak jadi tidak ada kontrol dari kita, itu data guru tersebut sudah login dan sudah memilih,” paparnya
“Nah disitu lah kami melihat ada kelemahan di sistem ini. Jadi akhirnya kita putuskan kita laporkan kepada kepala sekolah,” timpalnya lagi
Saat itu, panitia pemilihan Ketua OSIS mengadakan rapat istimewa bersama dengan wakil kepala sekolah.
“Akhirnya demi keadilan kejujuran dan kerahasiaan kita memutuskan untuk mengulang. Kita tetap menggunakan aplikasi itu tetapi anak luring datang ke sekolah, Sehingga kita bisa kontrol jumlah suara yang masuk dan data pemilih,” bebernya.
Dengan demikian, ini murni kesalahan teknis tidak ada unsur lain.
“Jadi kita itu tidak ada sama sekali unsur sara. Kami hanya ingin memperbaiki sistem, hanya ingin dapat yang valid,” tegasnya.