AKP Arief Oktora, Ditakuti Begal dan Musuhnya Bandar Narkoba
- VIVA / Andrew Tito (Jakarta)
VIVA – Muda, cerdas dan tampan, adalah karakter dari sosok anggota Polisi AKP Arief Purnama Oktora, yang saat ini menduduki kursi jabatan Kepala Unit 1, Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat.
Sederet prestasi pengungkapan kasus narkoba kelas kakap telah berada di genggaman ayah beranak satu ini, dengan usia yang masih sangat muda, AKP Arief telah mengantongi penghargaan rekor MURI setelah berhasil menggagalkan penyelundupan 120 KG narkoba jenis sabu asal Myanmar.
Lulusan Akademi Polisi 2010 ini meraih penghargaan bergengsi di unitnya dengan tinggal pengungkapan terbesar kelas Polres se- Indonesia.
Baca juga: Kompol Ronaldo Maradona, Polisi Pengacak-acak Jaringan Narkoba
Selain narkoba, Arief juga pernah membabat habis segala bentuk kriminal jalanan yang ada di wilayah Teluk Naga Tangerang pada tahun 2016, pada saat itu Arief menjabat sebagai Kapolsek Teluk Naga.
“Keberhasilan saat itu adalah membuat “zero” kriminal jalanan yang saat itu di wilayah itu sangat tinggi, Kriminal jalanan seperti begal dan jambret, penodongan, kasus kasus 365(pencurian disertai kekerasan) yang marak semasa kepemimpinan saya itu kurang lebih 10 Bulan, hampir dikatakan nol, jadi tidak ada lagi begal dan lain lain yang marak di Teluk Naga” ujar Arief yang ditemui VIVA di ruangan kerjanya, Mapolres Metro Jakarta Barat.
Pengungkapan lainnya juga lakukan Arief setelah pindah dinas ke wilayah Jakarta Barat, Saat itu Arief kembali menjabat kursi Kepala Unit Kriminal Khusus Polres Metro Jakarta Barat, prestasi gemilang kembali di toreh polisi tampan ini dengan mengungkap penyelundupan makanan kemasan yang sudah kedaluwarsa.
“Makanan kedaluwarsa sempat disebarkan di supermarket kelas menengah ke atas, jadi makanan Import yang sudah masuk kadaluwarsa diganti oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan tanggal yang baru” ujarnya.
Baca juga: Jenderal Imam, Eks Ajudan SBY Sekarang Orang Penting di Polri
Dalam pengungkapan kriminal khusus terserbut, Arief kembali mendapat penghargaan Kapolda Polda Metro Jaya. Setelah dari Krimsus, Arief menduduki kursi reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, sejak menduduki kursi Kanit 1 Satnarkoba, Arief melakukan pengungkapan besar 120 Kg sabu yang di kirim dari negara Myanmar.
“Yang paling fenomenal selama di narkoba pengungkapan 120 Kg sabu yang di sembunyikan penyelundupnya di dalam box kontainer yang dikamuflasekan dengan berkarung-karung arang,” ucap Arief.
Dari pengungkapan ratusan Kg sabu tersebut, Arief mendapat penghargaan tekor MURI.
“Pengungkapan terbesar level Polres Se- Indonesia paa saat itu, itu kira ungkapnya da tahun 2019,” ujarnya.
Baca juga: Kompol Ocha, Polwan Paling Ditakuti Bandar Narkoba
Tidak sampai di situ, Arief lagi-lagi melakukan pengungkapan narkoba dengan membongkar rumah produksi sabu yang berlokasi di kawasan Kalideres Jakarta Barat yang mampu menghasilkan 80 Kg sabu racikan kualitas menengah di tiap harinya.
“Pabrik itu ada perumahan Citra Garden Kalideres” ujarnya.
Selamat menjabat sebagai Kanit 1 Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, Arief berhasil menyabet penghargaan pin emas dari Kapolri, dan juga penghargaan dari Kapolda serta Kapolres, selama itu juga Arief mengaku telah mengamankan barang bukti dari berbagai kasus sebanyak 205 KG sabu.
Arif mengaku, untuk mengungkap jumlah besar peredaran narkoba benar-benar menguras waktu dan tenaga yang ada, sampai-sampai Arief mengaku saat itu dirinya dituntut untuk melakukan pengungkapan, di sisi lain kondisi sang istri tercinta sedang akan melahirkan anak pertamanya.
“Saat itu saya hampir tidak bisa mengikuti proses selama hamil, setelah pulang, istri batu akan melahirkan, kebanyakan waktu saat itu habis untuk saya di luar kota, jadi komunikasi sama istri dan keluarga itu hanya dengan melalui telepon saja, saya bisa pulang beberapa sebelum istri melahirkan “ ujarnya.
Selain dari sisi jauh dari keluarga, Arief mengatakan dirinya dan tim juga melakukan pengungkapan hingga kota yang memakan waktu berhari-hari.
“Pengungkapan kami di Polres Metro Jakarta Barat ini juga harus menjangkau beberapa lokasi yang ada di daerah yang diketahui sebagai titik masuknya narkoba” ujarnya.
Saat pengungkapan Arief mengaku dirinya harus menginap lama di sebuah apartemen yang diduga menjadi tempat penyimpanan dan produksi narkoba.
“Kita sampai harus nginap lama di sebuah apartemen waktu pengungkapan, jadi kita mantau pergerakan yang kita curigakan di situ,” ujarnya.
Pengungkapan kasus narkoba, menurut Arief, terbilang cukup sulit lebih sulit dibanding dengan pengungkapan kriminal, kesabaran dan ketelitian penuh serta keberanian menghadapi mafia narkoba yang bisa saja bersenjata menjadi ancaman yang cukup serius bagi polisi. (ren)