Bus Gratis Pengganti KRL dari Bogor Dikurangi Separuh, Apa Alasannya?

Wali Kota Bogor, Bima Arya meninjau bus pengganti KRL
Sumber :
  • VIVA/Muhammad AR (Bogor)

VIVA – Wali Kota Bogor Bima Arya kembali memantau aktivitas di Stasiun Bogor, Senin 20 Juli 2020. Dalam pantauannya, suasana Stasiun Bogor lebih padat dari Senin pekan lalu, namun masih bisa terkendali.

Tiba di Stasiun Bogor sekitar pukul 05.00 WIB, Bima Arya langsung melihat proses antrean penumpang yang memanfaatkan fasilitas bus gratis bantuan dari Kementerian Perhubungan dan Pemprov DKI Jakarta tersebut.

Sebanyak 77 bus diterjunkan untuk mengurai kepadatan antrean di dalam Stasiun Bogor, 10 bus di antaranya diberangkatkan dari pool Bus Damri, samping Botani Square.

“Bus ini minggu lalu disiapkan 150 unit tapi setengahnya tidak terpakai. Makanya sekarang dikurangi dan sangat cukup 77 bus,” kata Bima.

Baca juga: Depok Perpanjang PSBB Proporsional, Pelanggar Didenda Rp50 Ribu

Berbeda dari awal pekan lalu, yang cenderung lengang pada pukul 06.30 WIB, antrean justru masih terlihat pada Senin pagi tadi pada jam yang sama. Namun, situasi tersebut masih bisa terkendali dan tidak sepadat dua pekan lalu.

Sementara itu, pantauan di luar stasiun, antrean bus gratis sudah mulai mencair sekitar pukul 06.50 WIB.

Menurut Bima, pada Senin pekan lalu jumlah penumpang KRL sedikit menurun dikarenakan banyak penumpang yang berangkat pada H-1 atau pada Minggu sore dan malam.

“Hari ini kita lihat situasi yang cukup normal, Senin kemarin karena dua minggu lalu itu penuh sekali, kelihatannya minggu lalu banyak penumpang memilih minggu malam sehingga Senin jumlah penumpang turun. Kemudian karena minggu lalu turun dan agak sepi maka penumpang, Senin pagi ini kembali lagi,” jelas Bima.

Bima memantau, pukul 06.40 WIB penumpang masih lumayan padat dibanding pekan lalu dengan jam yang sama sudah lengang. “Tapi tetap relatif bisa terurai. Waktu antrean mulai dari pintu masuk stasiun sampai masuk gerbong saya lihat sekitar 30-40 menit,” terangnya.

Di Stasiun Bogor juga Bima Arya sempat berbincang dengan pihak Kementerian Perhubungan dan sepakat bahwa opsi bantuan gratis tidak bisa permanen. Bahkan, berdasarkan survei kepada penumpang, mereka bersedia untuk membayar tiket.  

“Tidak mungkin semuanya gratis, sudah ada survei juga. Jadi warga bersedia membayar tiket bus. Asal tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu jauh tarifnya dengan kereta. Kita akan mempercepat itu, titik berangkatnya dari mana, harga tiketnya berapa karena tidak mungkin selamanya gratis di sini. Dan selama belum memungkinkan ditambah penumpang di dalam gerbong, maka bus berbayar ini jadi solusi utama,” katanya. (art)