Tanah Jenuh Serap Air, Alasan Banjir di Jakarta Makin Meluas

Banjir di Jalan Doktor Sutomo, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Sumber :
  • VIVAnews/Wilibrodus

VIVAnews - Banjir kembali melanda Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada Selasa, 25 Februari 2020. Sebelumnya, banjir sebenarnya sudah pernah terjadi pada 1 Januari 2020.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengakui curah hujan tertinggi adalah pada 1 Januari jika dibandingkan dengan hari ini.

"Tanggal 1 lebih tinggi 377 mili meter. Hari ini 278. Dari segi curah hujan," kata Fachri dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne, Selasa, 25 Februari 2020.

Fachri menuturkan dari analisis lembaganya, pada tanggal 1 Januari, curah hujan terjadi dengan intensitas yang langsung tinggi. Kemudian pada hari Minggu kemarin, ada juga banjir dengan curah hujan tertinggi 241 mili meter.

Lantas, kenapa pada banjir di Jakarta hari ini, daerah-daerah yang terkena justru lebih luas? Padahal dari sisi curah hujan lebih rendah dibanding 1 Januari 2020?

"Karena sudah seringnya hujan intensitas tinggi, tanah sudah semakin jenuh untuk menerima air makanya banjirnya bisa semakin meluas. Ini kami lihat dari curah hujan," katanya.

Meskipun demikian, Fachri mengingatkan bahwa curah hujan bukan satu-satunya faktor yang dapat menyebabkan banjir. Tapi, dia menegaskan, BMKG tugasnya adalah mengamati dari sisi hujannya.

"Faktor meteorologis lainnya, pasang surut tidak berpengaruh. Faktor pendukung lingkungan lain perlu dilihat juga. BMKG tugasnya dari sisi pengamatan curah hujannya bukan pengamatan banjir," katanya.

Fachri menambahkan Indonesia, termasuk Jabodetabek masih dalam periode puncak musim hujan. Musim hujan berakhir pertengahan hingga akhir April.

"Perlu waspada peningkatan jumlah curah hujan," tutur Fachri.