Tergoda 'Si Pinky'
- ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
VIVA – "Saya kan pengusaha ha..ha," tawa Hj Oyot pecah. Pemilik nama lengkap Hj Oyot Titin Januasih itu, boleh berbangga.
Bukan hanya bisnis cemilan rempeyeknya yang sukses merambah Istana Kepresidenan. Tapi, dia kini juga banyak memiliki waktu luang.
Usahanya berupa makanan ringan nan gurih itu, makin mudah diawasi. Produksi dan penjualannya pun terjaga.
Pemilik Rempeyek Nolly itu tak perlu repot mencari pasokan liquefied petroleum gas (LPG) subsidi untuk proses memasak rempeyeknya. Hj. Oyot kini tak lagi memakai LPG subsidi 3 kilogram.
Pilihannya jatuh pada Bright Gas 5,5 kilogram. Dia tahu, LPG melon hanya diperuntukkan bagi masyarakat pra sejahtera.
Sementara, Hj. Oyot merasa dia adalah seorang pengusaha. Apalagi, banyak manfaat yang didapat dari LPG pink itu.
"Bright Gas mudah didapat dan diantar," kata Hj. Oyot seperti dikutip dari keterangan dari PT Pertamina Marketing Operation Region III, beberapa waktu lalu.
Hj. Oyot hanya salah satu pelaku usaha yang kini mulai move on dari LPG subsidi 3 kilogram ke Bright Gas 5,5 kilogram untuk wilayah Pertamina MOR III. Saat masih menggunakan LPG subsidi 3 kilogram, biasanya dalam sebulan, ia membutuhkan 30 tabung melon.
Bright Gas merupakan LPG non subsidi dari Pertamina. Bright Gas memiliki aspek keamanan yang unggul, yakni dengan teknologi katup ganda (double spindle valve system) serta safety valve, yang dapat "mengunci" apabila sewaktu-waktu terjadi tekanan dalam tabung.
LPG ini juga dilengkapi hologram berwarna (optical color switch) untuk mencegah pemalsuan. Tutup tabung Bright Gas turut dilengkapi dengan QR Code, yang dapat dipindai untuk melihat asal tabung LPG tersebut.
Data menyebutkan, untuk wilayah Pertamina MOR III, realisasi LPG public service obligation (PSO) 3 kilogram di wilayah Provinsi Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, periode Januari-September 2019 mencapai 1.541.460 metric ton (MT). Jumlah ini mencapai 101 persen dari kuota 1.524.256 (MT).
Selanjutnya, realisasi LPG non PSO (Bright Gas 5,5 kilogram, 12 kilogram, elpiji 12 kilogram dan 50 kilogram - tabung biru) untuk periode sama tercatat 202.227 MT.
Kesadaran Beralih ke Bright Gas
Tidak hanya pengusaha kuliner yang kini makin banyak move on ke produk gas non subsidi. Aparat Sipil Negara hingga pengusaha batik juga melakukan hal serupa.
Kesadaran untuk beralih dari tabung melon ke tabung pink merambah hingga pelosok kabupaten dan desa. Khususnya di wilayah Pertamina MOR III.
ASN di Purwakarta misalnya. Mereka berbondong-bondong menukarkan tabung LPG subsidi 3 kilogram ke LPG non subsidi Bright Gas 5,5 kilogram. Melalui program trade-in, sebanyak 410 tabung melon berubah menjadi 260 tabung pink.
Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika, mengungkapkan, program ini merupakan kelanjutan dari deklarasi “Kabupaten Purwakarta Memakai Gas Elpiji Non Subsidi” yang telah dicanangkannya sejak Juli 2019.
“Antusiasme ASN mengikuti acara trade-in ini membuktikan bahwa komitmen ASN Purwakarta, untuk menggalakkan penggunaan bahan bakar non subsidi," kata Anne dikutip dari keterangan tertulis Pertamina.
Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Purwakarta mengoordinasikan dinas dan kantor kecamatan di wilayahnya untuk melakukan penukaran tabung gas itu.
Kondisi serupa terlihat di Kota Tasikmalaya. Kesadaran perajin batik terwujud nyata. Mereka telah beralih menggunakan LPG non subsidi Bright Gas.
LPG subsidi 3 kilogram yang awalnya mereka gunakan, bisa dimanfaatkan tepat sasaran untuk masyarakat prasejahtera dan usaha mikro. Sebelumnya sekitar 25 perajin di sentra batik Tasikmalaya telah melakukan trade-in atau tukar gratis Bright Gas, dengan 2 tabung LPG subsidi 3 kilogram.
Tak hanya itu, di kota tersebut diresmikan Kampung Batik Bright Gas, tepatnya di Kampung Ciroyom dan Cigereung, Nagarasari, Kecamatan Cipedes. Kampung itu merupakan pengembangan dari Sentra Batik Tasikmalaya yang sudah diinisiasi Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman, memberikan apresiasi kepada Pertamina yang telah mendukung pengembangan sentra batik Kota Tasikmalaya. Sejalan dengan upaya pemda untuk penggunaan LPG subsidi tepat sasaran.
"Kami berharap gerakan Bright Gas semacam ini bisa berlanjut ke bidang lain, di antaranya kuliner dan makanan olahan," ujarnya dikutip dari rilis Pertamina.
Sementara itu, General Manager Pertamina Marketing Operation Region III, Tengku Fernanda, juga menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah kota Tasikmalaya dan perajin batik, yang mendukung inisiasi Kampung Batik Bright Gas sebagai destinasi wisata ikonik.
Pada Januari-September 2019, konsumsi LPG non subsidi (Bright Gas 5,5 kilogram dan 12 kilogram) di wilayah Priangan Timur (Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Banjar, dan Garut) mencapai 10.016 metrik ton (MT), sehingga LPG 3 kilogram diharapkan bisa digunakan tepat sasaran.
“Kami berharap langkah ini bisa menular ke industri dan UKM lainnya, dan kami terus mempermudah akses perajin mendapatkan LPG non subsidi," tutur Fernanda.
Bahkan, upaya Pertamina menumbuhkan kesadaran penggunaan Bright Gas itu sudah disosialisasikan sejak dari kalangan usia remaja. Ratusan pelajar kelas X di SMA Labschool Rawamangun misalnya.
Mereka terlihat antusias mencoba cara aman memasang tabung LPG si pink Bright Gas secara mandiri, hingga api biru di kompor berhasil menyala sempurna.
Cara aman menggunakan LPG itu pun berlanjut ke Kampung Adat Banceuy, Desa Sanca, Kabupaten Subang untuk melaksanakan Trip Observasi.
Rahman, salah satu guru pelaksana Trip Observasi mengatakan, selama lima hari para siswa akan tinggal di rumah-rumah penduduk untuk belajar mandiri hingga meneliti kehidupan sosial masyarakat setempat.
"Termasuk juga harus bisa masak sendiri. Maka perlu tahu cara masak yang aman, mulai dari cara pasang tabung gas ke kompor," ujarnya.
Kemudahan Layanan Bright Gas
Upaya Pertamina untuk mengedukasi masyarakat agar beralih ke tabung Bright Gas tak pernah henti. Pertamina pun memberikan kemudahan layanan bagi masyarakat untuk memperoleh tabung pink itu.
Program trade-in hingga menjalin kemitraan dengan UKM diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat beralih ke Bright Gas. Bahkan, beberapa bulan terakhir, Pertamina dan Hiswana Migas gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pengusaha mikro dan non mikro, untuk menggunakan LPG Bright Gas 5,5 kilogram.
Sales Area Manager Pertamina Marketing Operation Region III, Teuku Desky Arifin, mengatakan, selama Agustus hingga awal September 2019, setidaknya para pengusaha kuliner di Subang sudah saling menularkan pengalamannya menggunakan LPG non subsidi.
"Mereka antusias, bahkan dari empat pengusaha kuliner, sekitar 100 tabung LPG subsidi telah ditukar menjadi tabung Bright Gas 5,5 dan 12 kilogram," kata Desky dikutip dari keterangan Pertamina.
Bahkan, upaya inspeksi mendadak (sidak) pemakaian LPG subsidi juga dilakukan. Pertamina dan Hiswana Migas menyambangi sejumlah peternak ayam di Kecamatan Bayongbong dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pada sidak tersebut ditemukan adanya penyalahgunaan pemakaian LPG subsidi 3 kilogram. Peternak ayam menggunakan LPG subsidi sebagai bahan bakar alat penghangat bagi anak ayam.
Sebagai barang subsidi, peruntukan LPG 3 kilogram diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26/2009, yakni khusus untuk masyarakat prasejahtera dan usaha mikro.
Dengan langkah persuasif, Pertamina bersama Hiswana Migas serta Pemda Garut memberikan sosialisasi penggunaan LPG tepat sasaran.
Upaya itu sekaligus melakukan program penukaran (trade-in) LPG subsidi 3 kilogram menjadi LPG non subsidi Bright Gas. Peternak ayam dapat menukarkan tabung LPG subsidi 3 kilogram dengan LPG Bright Gas, dengan hanya membayar harga isi ulang sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Pada sidak ini, kami menyampaikan untuk kebutuhan industri sekelas peternakan diharapkan dapat menggunakan LPG non subsidi yakni Bright Gas 5,5 kg, 12 kg, atau 50 kg,” ujar Dewi Sri Utami, Unit Manager Comrel and CSR Pertamina Marketing Operation Region III dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Penggunaan LPG non subsidi untuk penghangat di peternakan, menurut Dewi, mempunyai beberapa keunggulan. Di antaranya lebih efisien dalam operasional. Karena, isinya lebih banyak dengan harga kompetitif, serta kemudahan akses layanan pembelian.
Untuk pemesanan Bright Gas pun bisa dilakukan melalui Pertamina Contact Center 135. Agen LPG di wilayah terdekat dapat memberi layanan antar kepada konsumen.
Selain itu, LPG Bright Gas dapat ditemui di beberapa outlet dan SPBU Pertamina. Bahkan, Pertamina dalam periode tertentu menggelar promo untuk pembelian produk Bright Gas atau LPG melalui Contact Center 135.
Promo itu di antaranya pernah dilakukan pada periode 4 November hingga 31 Desember 2019. Untuk pembelian tabung beserta isi atau refill Bright Gas 12 kilogram atau LPG 12 kilogram mendapat potongan harga Rp500 per tabung, dengan rincian, gratis biaya pengiriman Rp15.000 per tabung dan potongan harga Rp13.500 per tabung.
Selanjutnya, untuk pembelian tabung beserta isi atau refill Bright Gas 5,5 kilogram mendapat potongan harga Rp500 per tabung dengan rincian, gratis biaya pengiriman Rp8.000 per tabung dan potongan harga sebesar Rp13.500 per tabung.
Jadi, tunggu apa lagi, saatnya beralih ke Bright Gas.