Pemerhati Reptil Kritik Pernyataan Wali Kota Depok soal Ular Kobra

Ular kobra ditangkap di perumahan di Depok.
Sumber :
  • VIVAnews/ Zahrul Darmawan (Depok)

VIVA – Pernyataan Wali Kota Depok, Mohammad Idris yang mengaku akan melakukan kajian dan melibatkan intelijen terkait maraknya fenomena kemunculan ular kobra menuai kritik sejumlah pihak. Salah satunya dari penggiat reptil.

“Nah untuk indikasi wali kota dia bilang akan menyewa intelijen mencurigai kobra ini dilepas, enggak tahu lah dia berpikir lawan politik atau apa saya enggak ngerti,” kata penggiat reptil, Arby Krisna kepada wartawan, Rabu, 18 Desember 2019.

Menurut Arby dugaan ke arah setting-an atau adanya provokator sangat kecil. “Untuk indikasi seperti itu tidak ada karena itu juga membahayakan orang yang melepas dan untuk apa ia mengumpulkan kobra sebanyak itu dan dilepas di beberapa titik di Kota Depok, ini peristiwa asli alamiah,” ujarnya.

Ia menuturkan, dari 2009 sejak dia aktif sebagai rescue, fenomena kobra sudah terjadi. Namun karena perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kejadian itu pun menjadi viral. “Ini siklus alami dan fenomena alam karena sudah 10 tahun lebih saya rescue reptil di Depok, kobra itu November menetas, Juli-Agustus dia bertelur," katanya.

Arby sempat menyinggung pernyataan wali kota yang seakan tak percaya jika ular berkeliaran di pemukiman warga karena habitat alaminya telah rusak tergusur hunian modern. “Kalau dengar yang dia ngomong kenapa enggak muncul di Cilodong yang banyak sawah tapi di pemukiman, sekarang gini, dasarnya ular itu takut manusia, ketika dipersawahan untuk apa dia tampil ketika dia masih punya tempat sembunyi,” ujarnya.

Di sawah pun, kata Arby, ular lalu lalang tapi tidak terlihat manusia karena memang bukan pemukiman. “Tapi kalau di pemukiman dia tampil karena terdesak habitatnya yang hancur akibat pembangunan yang pesat, dan ruang gerak predatornya yang tidak ada seperti garangan, musang atau burung hantu. Jadi untuk predator alami ular ini sudah tidak ada," ujarnya.

Ketimbang berkoordinasi dengan intelijen ataupun kepolisian, Arby menyarankan agar Pemerintah Kota Depok memberdayakan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan serta Taruna Siaga Bencana atau Tagana dengan pelatihan khusus penanganan ular.

“Sarannya untuk Pemerintah Depok, mending giatin aja Damkar untuk pelatihan rescue ular karena ini (kejadian) bukan tahun ini aja kok, tahun depan juga sama. Terus rangkul pemerhati reptil karena mereka yang paham. Khususnya pemerhati ular, karena Depok kan enggak ada harimau," katanya.

Arby menambahkan, Pemerintah Depok sebaiknya mengeluarkan imbauan kepada warga agar aktif melakukan kerja bakti membersihkan lingkungannya masing-masing. “Apalagi sekarang kondisi itu (temuan ular) sudah viral karena warga mulai peka terhadap reptil. Saya sarankan warga Depok giatkan lagi kerja bakti terutama saluran air dan rumah-rumah kosong,” katanya.