Kebaktian Tutup Peti di Halaman Masjid, Ini Penjelasan Keluarga

Kebaktian tutup peti digelar di depan Masjid
Sumber :
  • Facebook/Jeferson Goeltom

VIVA – Saat ini sedang viral potret toleransi yang begitu mencuri perhatian. Bermula dari postingan Jeferson Goeltom di Facebook, momen tutup peti yang menjadi ritual kaum nasrani jadi sorotan. Dikarenakan, acara tersebut dilaksanakan di depan halaman Masjid Darusallam yang menjadi tempat ibadah umat Muslim.

Pihak keluarga mengaku kaget dengan viralnya potret saat kebaktian tersebut berlangsung. Ditemui di kediamannya, Ninggor Gultom, suami dari almarhum istrinya Parludjiati, mengungkapkan perasaannya.

"Wah, kaget juga, enggak menyangka bisa sampai ramai begitu. Tapi, saya juga mikir bagus momen itu. Karena bisa kasih contoh toleransi yang sesungguhnya," ucap Ninggor kepada VIVAnews di rumahnya, di kawasan Cempaka Baru, Jakarta Pusat, Kamis malam, 29 Agustus 2019.

AKP Ninggor yang berprofesi sebagai anggota  Polsek Kemayoran, Polres Metro Jakarta Pusat, mengaku salut dengan toleransi di lingkungan rumahnya. Ia juga bongkar fakta lain yang belum banyak diketahui khalayak.

"Dan yang bikin saya tersentuh, karena seharusnya itu kan ada pengajian di hari Senin, tapi dibatalin sehingga acara kami bisa berlangsung dan mereka tak mempermasalahkan. Luar biasa itu kan toleransi di sini," tuturnya.

Ditanya lebih lanjut soal alasan mengapa harus di halaman masjid, Ninggor ingin almarhum istrinya diberangkatkan dari rumah yang menjadi saksi kebersamaan mereka.

"Saya mau istri saya itu berangkat dari rumah. Ibaratnya, rumah ini kan sudah jadi saksi kita bersama selama ini. Makanya saya tidak mau di tempat lain. Tapi, karena gang rumah kita yang sempit, dan tidak memungkinkan untuk acara tutup peti itu, jadilah kita acara di depan masjid. Sudah izin dari Minggu malam," kata Ninggor.

Ia menuturkan, dalam acara tutup peti pada Senin, 27 Agustus 2019 juga dihadiri oleh rekan-rekan kepolisian. Tampak Kapolsek Kemayoran dan juga ibu-ibu Bhayangkari. Meski menjalankan rentetan ibadah pemberangkatan jenazah, pemandangan toleransi lainnya tercipta.

Ninggor tak lupa ucapkan terima kasih pada tetangganya yang mau membantu untuk membagikan makanan dan menawarkan minuman. Bahkan, saat acara berlangsung, itu tetangga yang umumnya bukan nasrani, mau turun tangan bantu. Mereka keliling bagikan makanan sama minuman.

"Jadi, saya juga lihatnya banggalah sama lingkungan Cempaka Baru ini. Meski rumah kita di dalam gang sempit kan, tapi ada yang bisa tunjukin ke yang hadir, ada atasan saya, ada rekan saya dan istri kan, bahwa beda agama tidak membuat kita lupa akan sebuah makna kasih," tuturnya.

Untuk diketahui, almarhum meninggal karena penyakit kanker pankreas yang diidapnya selama beberapa bulan ini. Ia tutup usia di usia yang ke-51 tahun.