Wisata Miskin Jakarta, Satu Atap 26 Jiwa

Jakarta hidden tour
Sumber :
  • VIVAnews / Ridho Permana

VIVA – Tanah Tinggi di pertengahan Agustus 2019. Tak ada pemandangan yang bisa dibilang indah. Bau pesing dan busuk juga berseliweran di sepanjang jalan. Memasuki pemukiman padat pendukuk di tengah kota Jakarta ini butuh keberanian. Bukan karena sesuatu yang bersifat gaib, tetapi menghadapi kejutan-kejutan tidak biasa yang kurang enak dilihat secara kasat mata.

Saat VIVAnews menelusuri kawasan di bilangan Johar Baru, Jakarta Pusat ini sepanjang jalan, potret sesaknya warga terlihat jelas. Berbagai tumpukan barang bekas berjejer di jalanan. 

Belum lagi, kendaraan-kendaraan warga diparkir seenaknya. Bahkan ada jembatan penyeberangan yang dijadikan lahan untuk parkir motor warga dan terlihat penuh sesak.

Ketika tiba di RT 6 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, tampak Latif bersantai sambil leyeh-leyeh di depan Rusun Baladewa. Ia merupakan ketua RT 6.



VIVAnews berbincang-bincang selama 30 menit bersama Latif. Dari pembicaraan itu, Latif tidak menepis sesaknya warga yang tinggal di wilayah dia. Bahkan ada satu rumah yang diisi lima keluarga. Latif pun mengajak mengelilingi daerahnya. Terlihat bagaimana di setiap jalanan permukiman warga yang begitu kumuh. 

Sekitar 15 menit berkeliling, Latif mengajak duduk sejenak di teras rumahnya. Setelah itu ia mengajak ke rumah yang diisi 5 KK tersebut.

Satu Atap 26 Orang

VIVAnews bertemu dengan Nana Marsinah (48) tahun. Ketika dipersilakan masuk ke dalam rumah, kondisinya gelap tanpa adanya penerangan. Lalu terlihat satu ruangan berukuran 2x1 meter yang menjadi kamar dari Nana dan keluarga.

Dari pengakuan Nana di rumah itu terdapat 4 ruang tidur yang di isi 26 orang (5 KK). Nana sendiri mengisi ruangan kecil itu.

"Di sini ada lima KK, sebenarnya enam KK tapi yang satunya pindah ke Tambun. Ada 4 ruangan diisi 26 orang," kata Nana saat diwawancarai di rumahnya.

Nana sendiri memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Suaminya bekerja sebagai kuli bangunan di kawasan setiga emas Gatot Subroto.

Nana menjelaskan, ia sudah tinggal di rumah yang ukurannya tidak sampai 100 meter persegi itu sejak 1978, ketika orangtuanya masih ada. Rumah yang ia tempati pun sempat direnovasi ketika zaman Joko Widodo jadi Gubernur DKI Jakarta, namun hanya sampai ruang tamu depan.

Nana menyebut bahwa di rumah itu hanya ada satu toilet, sekaligus kamar mandi. Ketika ada yang ingin buang air kecil, terpaksa harus bergantian. "Hanya ada satu toilet. Kalau lagi kebelet ya gantian, atau ke toilet umum. Sudah biasa di sini begitu," ucapnya.

Tidak sampai di situ, VIVAnews mencoba menelusuri hingga ke lantai dua. Adik Nana  bernama Djohana mengatakan tangga menuju lantai dua tidak layak pakai hingga harus di topang dengan kayu. Di lantai dua terlihat dua ruangan yang dipakai keluarga yang disekati papan, begitu juga dengan lantainya. Di pojok ruangan tampak barang-barang bekas.

Di lantai dua ini, Djohana menjelaskan, keluarganya merana jika musim hujan tiba. "Ketika hujan kamar saya bocor dan harus ditampung pakai ember. Ini tangga juga sudah tidak layak pakai, harus ditopang pakai kayu," ungkap Djohana.



Nana menjelaskan, bahwa ke depan hendaknya ada uluran tangan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta. Ia pun sempat menyinggung soal Rumah DP 0 rupiah. Pemerintah diharapkan memberikan rumah itu tepat sasaran, kepada yang lebih membutuhkan.

"Pesan kepada Gubernur Jakarta, kami berharap mendapatkan rumah siap huni dengan harga yang terjangkau.  Rumah 0 rupiah hendaknya tepat sasaran diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan," harapnya.

Meski tampak nestapa, potret miskin Jakarta ini terlihat seksi di mata Ronny Poluan. Ia pun menggagasnya jadi komoditi wisata. Pangsanya bule-bule yang ingin tahu kehidupan ibu kota. Bukan untuk mengeksploitasinya, tapi niatnya sebagai pertukaran budaya. Baginya kemiskinan adalah sebuah skandal. Ia menamainya Jakarta Hidden Tour.

Bersambung...