Banjir Rob Landa Wilayah Ancol, Warga Terpaksa Mengungsi
- VIVA/Wahyu Firmansyah
VIVA – Banjir rob melanda wilayah Ancol, Jakarta. Ketinggian air mencapai paha orang dewasa. Warga di pemukiman sekitar Ancol terpaksa mengungsi akibat permukaan air naik dengan cepat dan memasuki rumah mereka.
Wahyu Firmansyah, warga Jalan Lodan Raya, Ancol, Jakarta Utara terpaksa mengungsi karena rumahnya terendam banjir rob pada Kamis malam, 4 Juni 2020. Wahyu bersama keluarganya harus mengungsi ke rumah tetangga.
“Seluruh keluarga saya sudah mulai mengungsi ke tempat yang aman. Kebetulan, belakang rumah saya lebih tinggi dari jalan. Jadi di belakang semua,” kata Firman saat dikonfirmasi VIVA.
Dia menjelaskan kronologi air banjir rob bisa masuk bebas ke dalam rumahnya malam-malam. Menurut dia, air sudah mulai tinggi di Pintu Air Pasar Ikan sekitar jam 19.00 WIB.
Selang 30 menit kemudian atau jam 19.30 WIB, air tiba-tiba sudah sampai depan rumahnya walaupun masih kecil. Sekitar jam 20.30 WIB, Firman menceritakan air naik dengan cepat hingga mulai masuk ke dalam rumahnya.
“Saya langsung pindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi lagi. Saat ini, air sudah setinggi paha orang dewasa di daerah Lodan Raya. Tidak tahu di Pasar Ikan, sepertinya sudah sangat tinggi,” ujarnya.
Meskipun begitu, Firman mengaku masih bertahan di dalam rumahnya untuk menghalau air agar tidak masuk ke kamar. Sementara, ia melihat ada beberapa petugas di sekitar lokasi. “Soalnya sudah tidak bisa kemana-mana, ketutup banjir,” katanya.
Untuk diketahui, Plt Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Herizal menjelaskan pekan terakhir bulan Mei lalu, wilayah pesisir barat Sumatera bagian selatan dan pesisir selatan Jawa hingga NTT terdampak limpasan air laut yang masuk ke daratan atau dikenal dengan banjir pesisir (Rob).
“Hal tersebut sesuai dengan peringatan dini yang telah dikeluarkan oleh BMKG. Rob berdampak signifikan dipicu oleh kombinasi antara periode pasang air laut akibat pengaruh fase bulan mati bersamaan dengan adanya rambatan gelombang tinggi dari Samudera Hindia,” kata Herizel seperti dilansir dari situs BMKG.
Pada awal Juni ini, potensi Rob diperkirakan akan kembali terjadi khususnya untuk Perairan Utara Jawa. Potensi tersebut, lanjutnya, disebabkan oleh kondisi pasang air laut yang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia akibat fase bulan purnama.
Selain dari faktor astronomis tersebut, terdapat faktor meteorologis berupa potensi gelombang tinggi yang diprakirakan terjadi mencapai 2,5 meter hingga 4,0 meter di Laut Jawa yang dibangkitkan oleh hembusan angin kuat, dan persisten mencapai kecepatan hingga 25 knot (46 Km/Jam) yang ikut berperan terhadap peningkatan kenaikan tinggi muka air laut yang terjadi di Perairan Utara Jawa.
“Secara klimatologis, tinggi muka air laut pada bulan Mei dan Juni di Perairan Indonesia umumnya berada di atas tinggi muka laut rata-rata (mean sea level, MSL),” jelas dia.
Potensi gelombang tinggi di Laut Jawa dan rob di Pesisir Utara Jawa diperkirakan berlangsung hingga Sabtu, 6 Juni 2020 dan memiliki kedenderungan menurun seiring dengan penurunan kecepatan angin. Untuk itu, masyarakat harus waspada.
“Masyarakat terutama yang bermata pencaharian dan beraktivitas di pesisir atau pelabuhan diharap meningkatkan kewaspadaan dan upaya mitigasi terhadap potensi bencana Rob, terutama untuk daerah pantai berelevasi rendah seperti Pesisir utara Jakarta, Pekalongan, Cirebon, dan Semarang,” tandasnya.